Manusia adalah makhluk yang
paling sempurna diantara makhluk lainnya. Selain ciptaannya yang dikaruniai
akal dan pikiran sebagai dasar perilaku diri, manusia dikaruniai akal yang
mampu saling merasakan. Proses kreatifnya sebagai makhluk sosial tentu
membutuhkan orang lain untuk ikut serta dalam perjalanan hidupnya. Pada tahap
inilah seseorang akan diuji dengan menggunakan berbagai karunia yang
dianugerahkan kepadanya. Apakah manusia dapat memperoleh nikmat Allah atau
tidak, atau bahkan sebaliknya, akan memperoleh murka. Pada tahap inilah tingkat
kepercayaan seseorang terhadap penciptanya akan diuji. Karena dalam kehidupan
duniawi dinamika permasalahan hidup diberkati, manusia akan diuji
kebijaksanaannya dalam menerapkan karunia ilahi yang dianugerahkan kepada
mereka. Apalagi antar sesama.
Oleh karena itu, ada beberapa
hal penting yang harus dipahami seseorang, yaitu memahami bahwa ia adalah
makhluk yang ditakdirkan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Selain menjaga
keseimbangan di Bumi, manusia juga diwajibkan untuk mengumpulkan bekal hidup
yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban
ketika menghadap penciptanya.
Dalam kehidupan dunia, banyak hal yang diberikan sebagai pilihan hidup manusia.
Ada cara baik dan buruk. Dalam proses pelaksanaannya, pada dasarnya mereka
memiliki aturan dan metode tersendiri. Apakah seseorang berjalan ke arah yang
benar atau berbalik dan berjalan ke arah yang salah. Semuanya kembali pada diri
masing-masing.
Oleh karena itu, dengan
pandangan ini, manusia harus dapat menyadari bahwa karunia akal dan pikiran
tidak sepenuhnya tanpa konsekuensi, yang harus diperhatikan ketika manusia itu
sendiri berangkat dari rahmat Sang Pencipta. Tetapi sangat disayangkan bahwa,
ketika kehidupan sekuler menjadi semakin berwarna, banyak orang tampaknya telah
melupakan diri mereka sendiri dan tampaknya mengikuti pesona sekuler. Oleh
karena itu, apa yang palsu menjadi kebutuhan, dan apa yang membawa kesenangan
didahulukan.
Dalam kehidupan kita hari ini,
kita memiliki banyak hal untuk disaksikan. Misalnya, di mana posisi dan
pekerjaan menjadi prioritas utama, sikap sosial dan kepedulian terhadap orang
lain menjadi prioritas utama. Membunuh dan menyakiti orang lain sudah menjadi
kebanggaan di beberapa kalangan. Mabuk, mencuri,zina, memakai narkoba dan
sebagainya seolah olah suatu kebanggaan ditengah era seperti ini. Sungguh miris
di usia bumi yang sudah tua begini manusia cuek dan acuh mereka makin kesini
makin kesana, mereka semakin menggila seolah olah dirinya lupa tentang
pertanggungjawaban yang nantinya akan ditanyakan. padahal sudah jelas firman
Allah dalam surat Al Isra ayat 36 : "Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawaban".
Dunia selalu menggoda manusia,
seakan-akan inilah tempat singgah sesungguhnya, inilah tempat untuk menampung
harta sebanyak-banyaknya, padahal dunia hanya bagaikan sayap nyamuk yang tidak
ada artinya.
Di dalam Al Qur'an berulang
kali Allah ingatkan agar manusia beriman selalu waspada kepada segala
sesuatunya, jangan sampai tertipu dengan dunia yang isinya tipu daya, utamakan
Akhirat yang sifatnya kekal abadi dan carilah bekal sebanyak-banyaknya untuk
kehidupan Akhirat, namun jangan lupakan kehidupan yang wajar pula yang ada
dunia ini. berilah hak dirimu untuk hubungan dengan Allah dan hubungan dengan
manusia. QS al-Qashas ayat : 77)
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan."
Utamakan kehidupan yang
sifatnya kekal, jangan biarkan syahwat dunia menggerogoti iman kita,
manfaatkanlah dunia sebagai ladang kita menanam benih-benih kebaikan yang
nantinya bermanfaat bagi kita ketika seluruh manusia di kumpulkan dalam padang
yang sangat luas tidak ada kedzoliman didalamnya,semua diadili dengan
seadil-adilnya oleh hakim yang paling adil Hal ini sebagaimana firman Allah
Taala, (QS. Al
hajj ayat 11 ) “Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah
kerugian yang nyata.” seorang hamba yang setiap
hariny totalitas dalam beramal dengan ikhlas maka akan ada balasan yang besar
di sisi Allah, mereka akan dicintai oleh Allah, segala urusanya Akan dipermudah
tanpa ada hambapatan apapun. Di dunia mereka beruntung atas amalan mereka
bahkan di Akhiratpun mereka sangat senang karena amalan-amalan yang sudah
mereka kerjakan di dunianya. akhirnya mereka sadar bahwa janji Allah itu benar
adanya.
“Maka janganlah sekali-kali
kehidupan dunia memperdaya kamu.” (QS. Luqman ayat 33) Dalam ayat ini Allah sudah
mengingatkan hendaknya suatu muslim selalu ingat ketika akan melakukan sesuatu
apapun jangan sampai terpedaya lezatnya pernak-pernik dunia karena pada
dasarnya Dunia hanya tempat bersanda gurau yang lezatnya hanya bagaikan "jari
yang dicelupkan ke dalam laut, lalu tetesanya kita minum". bukan
berati seorang muslim di larang untuk menikmati dunia, namun seorang muslim
harus lebih tau segala fasilitas yang sudah disediakan oleh Allah hanya untuk
perantara dirinya berbuat kebaikan yang sifatnya berguna untuk kehidupan
selanjutnya.
Memang di Era seperti ini
banyak manusia yang terpedaya dengan hawa nafsunya mereka lebih asik dengan
hal-hal yang membuat mereka senang sekalipun itu harus mengeluarkan biaya yang
besar, namun pada dasarnya hati Mereka akan sesak ketika kesenangan itu telah
usai dan seiring berjalanya waktu barulah dia menyesal, dan hal ini sangat
berbahaya jika selalu berkelanjutan, melakukan menyesal melakukan menyesal
seperti itu tanpa ada puasnya, itulah manusia. seolah olah era seperti ini
sedikit demi sedikit sudah mulai jelas sifatnya seperti hadis Rasulullah yang berbunyi : “Akan
datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya
seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh.
maknanya adalah sebagai mana orang yang tidak bisa menggenggam bara api
yang nantinya akan terbakar kulitnya, hal ini bagaikan seorang muslim yang
berpegang teguh memegang ajaran islam saat ini, ia sangat tak kuat ketika
berpegang teguh pada agamanya, lantaran banyak maksiat disekelilingnya,pelaku
maksiat yang banyak jumlahnya, kefasikan yang tersebar luas dan iman yang
melemah.
Beberapa ulama mengatakan
tidak ada seorang muslim yang mampu berdiri kokoh di era banyak godaan
melainkan dengan ekstra sabar yang tinggi, sebagaimana ia menjalankan
ajaran-ajaran yang sudah dibawa oleh Rasulullah. inilah gambaran seorang muslim
yang senantiasa berpegang teguh pada apa yang Rasulullah sampaikan tidak ada
keraguan sekecil apapun yang menyelimuti hatinya, bahkan diantara mereka ada
yang dikucilkan , di buat bahan omongan yang tidak pantas didengar, bahkan ada
yang diancam nyawanya namun sejatinya muslim yang benar-benar menerapkan ajaran
dengan baik akan merasa tidak penting dengan segala hal omongan-omongan diluar
sana, karena ia tahu bahwa dengan kesabaran ada janji Allah didalamnya yang
begitu besar manfaatnya, begitu besar dahsyatnya. ia paham bahwa ada
surga-surga yang indah menanti dirinya.
Inilah manusia disandingkan
dengan Surga belok ke Neraka dan
tentunya hal ini juga sebagai cambukan bagi saya yang masih terbawa arus sana
sini, terasa iman ini selalu cepat naik turun , semoga Allah tidak meninggalkan
saya dalam kondisi apapun dan selalu menambahkan ilmu agama kepada saya dan
keluarga, Aamiin..
Penulis : Aditia Juliarto (mahasiswa
Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Dari Sulis Nur Abdillah Nim 1906010037
BalasHapusMasyaallah, semoga ilmu yang sudah ditulis dalam blog ini dengan judul makin kesini makin kesana bermanfaat bagi yang membaca dan kita semua. Aamiin..
BalasHapusMemang sesuai dengan realita saat ini manusia semakin kesini semakin kesana.. entah dalam hal ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dsb. Seiring dengan perkembangan teknologi di era globalisasi yang modern. Tapi setidaknya dengan perkembangan zaman saat ini juga harus tetap diiringi dengan keimanan yang kuat agar kita tidak terbawa dengan pengaruh negatif dari hal tersebut, dan harus ada pendirian yang kuat agar tidak terombang ambing oleh isu yang beredar, sehingga tetap seimbang antara kemajuan dan perkembangan baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Zahro Mufida_1906010017
Hapus