Pandemi Covid-19 yang tengah berlangsung sejak awal tahun 2019
menyebabkan banyak perubahan pola
hidup manusia, salah satunya dalam hal interaksi sosial. Banyaknya kebijakan
yang diterapkan untuk membatasi
mobilitas dan interaksi
antar manusia untuk mengurangi persebaran virus berkorelasi dengan banyaknya kasus seseorang yang kesulitan beradaptasi dan bersosialisasi di kehidupan
nyata. Istilah manusia merupakan makhluk sosial tentunya tidak terlepas dari
adanya interaksi antar manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pembatasan hak berinteraksi dan bersosialisasi selama pandemi merupakan
hal yang bertentangan dengan fitrah
manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia
lainnya. Hal ini menunjukkan perlu adanya solusi terkait perubahan pola
interaksi sosial selama pandemi sehingga
setiap individu dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan individu lain sebagaimana mestinya.
Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa
waktu lalu meninggalkan banyak sekali duka. Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya,
akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Banyak pula masyarakat yang kehilangan orang-orang terkasihnya, karena terkena
virus Covid-19.
Virus corona (Covid-19) sudah menjadi fenomena dunia yang menimbulkan
kekawatiran bagi banyak orang.
Jumlah pasien yang terinfeksi juga terus bertambah, bukan hanya di negara lain,
di Indonesia pun juga mengalami peningkatan.
Dunia perekonomian semakin
lemah, hubungan sosial semakin menurun
yang menyebabkan kurangnya interaksi dan kepedulian
terhadap sesama, semuanya telah merasakan dampak dari virus Covid-19 ini, terutama pada dunia
pendidikan. Kita harus siap menghadapi perubahan ini, karena cepat atau lambat pendidikan akan mengalami
perubahan pasca pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 yang menyapa Indonesia selama beberapa waktu lalu
tidak dipungkiri membawa pengaruh
yang signifikan terhadap sektor perekonomian. Pemberlakuan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) secara
langsung ataupun tidak, telah berdampak pada sektor industri yang harus mengurangi biaya produksi dengan menutup
pabrik, merumahkan karyawan, hingga melakukan PHK, sebagai upaya rasional dalam merespons penurunan jumlah
permintaan dan pendapatan. Hal ini membawa
dampak besar seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan penurunan kualitas
hidup masyarakat.
Pandemi ini memang menjadi hal yang sangat tidak diharapkan oleh semua
orang, berubahnya cara pandang masyarakat, dan juga cara melakukan sosialisasi terhadap orang lain. Pandemi telah menuntut
masyarakat untuk merubah perilaku terhadap masyarakat lain, aturan yang
mewajibkan individu untuk mematuhi
protokol kesehatan dalam kegiatan apapun menjadi suatu paksaan bagi sebagian masyarakat. Banyak masyarakat
yang menolak perubahan ini, ditunjukkan dengan perilaku sehari-hari yang tidak menjaga protokol
kesehatan karena menganggap adanya virus Covid-19
adalah sesuatu yang mustahil
atau hanya sebuah rekayasa semata.
Covid-19 memaksa manusia untuk hidup lebih baik lagi, lebih sehat lagi,
dan mengurangi mobilitas berpergian
kita. Perubahan demi perubahan terjadi pada masyarakat Indonesia, perubahan
tidak semata-mata hanya pada
masyarakat kecil atau menengah saja, namun perubahan ini sudah terjadi pada semua kalangan
dan lapisan pada masyarakat. Perubahan
dari masa pandemi
ini memaksa
seluruh masyarakat untuk mengutamakan dalam menjaga protokol
kesehatan. Hal ini menjadi sangat
penting untuk diterapkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia dan dunia, guna mengurangi peningkatan data positif Covid-19.
Penyebaran virus yang terus terjadi mengubah setiap individu mampu berperang dengan menjaga kesehatan
meningkatkan imun tubuh, patuh terhadap protokol kesehatan 5M (Mencuci tangan,
Memakai masker, Menjaga
jarak, Menjauhi kerumunan, dan Menjaga mobilitas), serta tidak menganggap remeh terhadap adanya virus Covid-19 di dunia.
Dampak pandemi yang disebabkan oleh virus Covid-19
menimbulkan perubahan kehidupan
masyarakat. Perubahan ini sangat nampak yaitu pada cara bersosialisasi,
yang menyangkut pada nilai dan
norma pada masyarakat. Nilai-nilai dan juga norma sebelum adanya pandemi telah
terbentuk sangat baik dalam
masyarakat, dilihat dari orang-orang yang berkomunikasi baik dan juga sopan dengan orang lain menjadi salah satu contohnya. Pandemi ini menimbulkan cara masyarakat bersosialisasi menjadi berubah. Adanya
virus Covid-19 dimana-mana menyebabkan masyarakat lebih enggan untuk melakukan komunikasi yang tidak mendesak atau
penting. Masyarakat banyak yang belum
siap dengan perubahan yang memaksa untuk mengurangi mobilitas secara langsung
dengan individu lain. Hal ini mengharuskan masyarakat harus lebih adaptif
dalam menghadapi pandemi
Covid- 19 saat ini. Aktivitas
apapun memang tetap berjalan normal, namun semuanya diharuskan tetap menjalankan aturan protokol
kesehatan guna menghindari tertularnya virus Covid-19.
Aktivitas normal yang dijalani juga diharuskan untuk dilakukan secara
virtual, sehingga teknologi menjadi
hal sangat penting
bagi masyarakat mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa
dan orang tua.
Hal ini sangat merubah kebiasaan masyarakat dari berbelanja kebutuhan
yang menggunakan media online, hingga
melakukan pendidikan juga pekerjaan. Nilai dan norma yang telah berkembang
dalam masyarakat terbukti telah berubah dengan datangnya pandemi Covid-19 saat ini.
Adanya pandemi Covid-19
juga menyebabkan efek yang
luar biasa terhadap kesehatan mental. Penelitian menunjukkan 13,7%-34,7% pasien Covid-19 dilaporkan menampilkan gejala masalah
kesehatan mental setelah terdiagnosa. Pasien Covid-19 tidak hanya harus
berjuang melawan infeksi virus yang menyerang fisik mereka. Setelah
sembuh dari infeksi
virus ini, banyak dari mereka dilaporkan
menghadapi berbagai problem terkait psikologis. Problem psikologis yang
dihadapi pun bervariasi, mulai dari yang ringan sampai
yang berat.
Terdapat beberapa gangguan terkait kesehatan mental yang dilaporkan
setelah individu menjalani pengobatan Covid-19.
Gangguan terkait kesehatan
mental tersebut, antara lain kesulitan
tidur, permasalahan kognitif
seperti penurunan kemampuan
untuk berkonsentrasi dan penurunan kemampuan
mengingat, gangguan kecemasan, gangguan mood seperti depresi,
dan lain-lain. Kelelahan, sesak nafas, dan insomnia serta
beberapa masalah lain juga ditemukan sebagai gejala sisa penyintas Covid-19. Kasus kematian akibat Covid-19 dan tindakan isolasi
dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Ditemukan
bahwa tingginya angka kematian dan perpanjangan isolasi di suatu daerah memicu depresi, kecemasan, rasa takut
berlebihan, serta perubahan pola tidur masyarakat. Hal ini tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan mental,
namun juga fisik
seseorang.
Kecemasan yang timbul pada pasien pasca Covid-19 dapat disebabkan karena adanya khawatir akan kekambuhan yang akan dialaminya kembali, ketakutan jika menularkan virus Covid-19 kepada keluarga yang lain, dan ketakutan meninggal karena Covid-19. Kekhawatiran akan masa depan juga dirasakan pada pasien pasca Covid-19. Selain itu, pasien dengan infeksi ataupun gejala yang lebih banyak, memiliki masalah psikologis seperti kecemasan dan tingkat stres yang berat dengan jangka panjang dibanding dengan pasien lainnya yang tidak memiliki gejala (orang tanpa gejala) ataupun gejala ringan. Depresi merupakan suatu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan yang salah satunya mengalami tanda-tanda seperti adanya kemurungan, sedih, dan hilangnya gairah hidup. Pasien pasca Covid-19 yang mengalami kecemasan, dapat berkembang menjadi depresi. Depresi yang dialami tersebut dapat menimbulkan kesedihan, sehingga lebih mudah menangis. Resiko yang menyebabkan pasien pasca COVID-19 mengalami depresi, antara lain kurangnya kontak sosial, sehingga menyebabkan pasien kehilangan dukungan psikologis dari keluarga dan teman, yang pada akhirnya mengakibatkan stres dan trauma psikologis. Depresi yang muncul pasien pasca Covid-19 dapat dikarenakan adanya stigma dan penolakan, serta gaya hidup selama karantina yang membosankan. Depresi yang dialami pasien pasca Covid-19 menimbulkan masalah gangguan tidur, perasaan gelisah, dan mudah lelah.
Stress merupakan salah satu dampak psikologis yang dialami pasien pasca
Covid-19. Pasien pasca Covid-19 yang
mengalami stres biasanya pada pasien dengan kasus penyakit atau gejala yang
parah. Stress yang dialami pasien
pasca Covid-19 dapat diakibatkan karena adanya traumatis terhadap kejadian
berulang, kehilangan orang terdekat, dan stigma negatif
dari masyarakat, sehingga
mengganggu pikiran pasien
pasca Covid- 19. Sehingga dapat membuat pasien
pasca Covid-19 menjadi
gelisah dan tidak bisa tenang.
Masalah kesehatan mental berbeda pada anak, dewasa, lansia dengan atau
tanpa penyakit kronis ataupun
penyakit mental sebelumnya. Selain itu, pasien yang terinfeksi Covid-19, dan
tenaga medis yang menanganinya juga
memiliki tingkat penyebaran depresi, kecemasan, kesusahan dan insomnia yang tinggi. Faktor
penyebab gangguan psikis
pada pasien Covid-19
adalah virus yang dapat menyebar
dengan sangat mudah, pasien yang terinfeksi dapat mengalami penurunan
kondisi fisik drastis dalam waktu
singkat. Selain itu, arus informasi yang sangat cepat dan tidak terkontrol
mengakibatkan masyarakat memiliki
kekhawatiran berlebih dan ketakutan yang tidak perlu. Selanjutnya adanya pembatasan jarak fisik, jarak sosial dan karantina menyebabkan perasaan tidak berdaya
dan kesepian. Hal ini cenderung mengarahkan pada
suasana hati negatif. Selain itu imbas dari sektor ekonomi, penurunan pendapatan, pemutusan hubungan
kerja dapat menambah beban psikologis. Penyesalan dan kekhawatiran dirinya akan menularkan virus kepada
orang-orang terdekat serta kekhawatiran. Adanya hal tersebut juga bisa mempengaruhi kondisi mental.
Pandemi Covid-19 tentu saja mempengaruhi kebiasaan kita semua. Mulai
dari rutinitas pergi ke sekolah hingga
aktivitas yang biasa kita lakukan
di luar rumah, seperti nongkrong di cafe atau pergi ke mall, rekreasi dengan keluarga di akhir
pekan, hingga agenda pulang kampung saat lebaran, terpaksa tidak
dilakukan sementara, karena
adanya pembatasan sosial,
demi memutus penyebaran Covid-19.
Keadaan yang berubah 180 derajat dari rutinitas kita biasanya, membuat
kita semua kaget dan menimbulkan
berbagai perasaan dari rasa bosan, jenuh, cemas, takut, sedih. Mengubah
rutinitas di tengah pandemi virus
Covid-19 ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat
kita tak nyaman.
Kita semua berharap,
keadaan akan segera
membaik. Sekalipun memasuki
masa-masa sulit yang tak terduga,
kita perlu cepat beradaptasi dengan
“New Normal”, agar tetap bisa produktif.
Percayalah, kita semua
terdampak dengan adanya
pandemi ini, tidak
ada yang tidak terkena dampak,
bahkan seorang pejabat negara pun turut merasakannya. Oleh karena itu,
mari kita saling bahu membahu
berjuang bersama dan saling melindungi, agar pandemi ini bisa 100% segera
berakhir. Merawat harapan dan
berpikir positif akan membantu kita untuk lebih bersyukur dan berbahagia, yang pada
akhirnya bisa menjalani hari dengan lebih bersemangat.
Wabah Covid-19 ini adalah ujian
terbesar yang di berikan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala kepada manusia untuk
menguji siapa yang lebih baik amalnya. Setiap musibah pasti terkandung hikmah
di dalamnya. Allah Subhanahu
Wa Ta’ala tidak sia-sia memberikan kita musibah. Kelak, badai yang diakibatkan oleh wabah
Covid-19 ini, akan melahirkan sosok yang tangguh dan kuat. Maka janganlah
mengeluh ketika kita mendapatkan ujian.
Penulis : Bunga Abiyya Azzahra (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah
Purwokerto)
Nama: Jeannery Cesare
BalasHapusNIM: 2006040028
Mata kuliah: Ekonomi politik
Pola hidup sehat merupakan hal yang wajib kita lakukan, terutama pada masa pandemi. Dengan memilah dan mengatur pola hidup yang sehat, tentunya tubuh kita akan merasakan banyak manfaat. Kita hanya perlu memperhatikan kebiasaan kecil sehari-hari dan mengubahnya supaya lebih bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Dengan pola hidup sehat akan menciptakan harapan hidup lebih lama. Manfaat lain yang kita dapatkan yaitu meningkatkan imun tubuh. Imun tubuh dapat mencegah penyakit masuk ke dalam tubuh kita, termasuk virus Covid-19. Pola hidup sehat tidak hanya tentang fisik tetapi juga dengan kebutuhan mental kita. Memiliki banyak tekanan akan membuat pikiran kita menjadi stress, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk berpikir positif. Berpikir positif dapat membuat hati kita menjadi tentram dan dapat mengalahkan berbagai penyakit termasuk saat kita sedang mengalami tekanan. Dengan mengubah cara berpikir menjadi positif, maka kesehatan mental kita akan menjadi lebih baik.
Berbagai usaha untuk menjaga kesehatan pasca pandemi saat ini menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk kondisi saat ini, terlebih bagi yang pernah terdampak virus tersebut mungkin terjadi gangguan kesehatan pasca terinveksi hal ini tentu menjadi perhatian khusus.pola hidup bersih dan sehat sangat membantu untuk proses penyesuaian kehidupan pasca pandemi
BalasHapusNama : Raudhatul Muna
BalasHapusNIM : 2219010071
Semua orang pasti ingin selalu sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Menjaga kesehatan pun nyatanya tidak sesulit yang dibayangkan, salah satunya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat setiap hari. Agar dapat mewujudkannya, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menerapkan pola hidup sehat. Contohnya seperti menjaga asupan makanan sehat dengan diet dan nutrisi, berolahraga, melakukan kegiatan positif untuk menghindari stres, dan lain-lain. Tidak hanya itu, karena kemudahan teknologi, gaya hidup tidak sehat membuat tubuh rentan terserang berbagai jenis gangguan kesehatan, seperti diabetes, penyakit jantung, kanker termasuk Virus COVID-19. Dan langkah yang dapat dilakukan untuk memulai gaya hidup sehat yang pertama adalah dengan cara konsumsi makanan sehat yang bergizi, Rutin berolahraga, Mengelola stres dengan baik, Rutin memeriksa kesehatan, dan Istirahat yang cukup.
menjaga pola makan pasca covid sangat penting karna sangat penting dalam masa recovery dan agar lebih cepat sehat kembali
BalasHapus