Pesantren?
Dari kita seringkali mendengar kata itu. Tempat menimba ilmu agama yang secara
histori memiliki sejarah dan ciri khas pendidikan yang menarik. Pada zaman yang
semakin maju dan terknologi semakin canggih, kerap kali orang tua memilih opsi pesantren
untuk “menyelamatkan” anak anaknya yang dari waktu ke waktu terus tergerus oleh
arus globalisasi yang tinggi dan gaya hidup “anak zaman now” yang semakin jauh
dari adab. Melihat Dinamika Pendidikan yang ada di Indonesia yang kerap
diwarnai dengan banyak permasalahan yang berkaitan dengan sistem pendidikan,
kurikulum, sarana prasarana, biaya serta kualitas lulusanya dan sebagainya. Selain
problematika yang kerap dihadapi tersebut, dunia pendidikan di Indonesia dihadapkan
pula oleh masalah karakter dan krisis moral yang melanda pesarta didiknya. Tak
luput dari itu perkembangan digital seperti, smartphone juga kerap menjadi
musuh besar bagi peningkatan karakter peserta didik. Lalu, solusi dari semua
problematika tersebut apa? Di sinilah peran pesantren dengan sistem pendidikan
yang menerapkan pembisaaan dan disiplin yang ketat.
Pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang berada dilingkungan masyarakat dengan model
pembelajaran yang terintegrasi didalamnya. Salah satu yang menjadi ciri khas
dari pesantren itu sendiri adalah pendidikan kedisiplinan, moral dan karekater.
Disisi lain pesantren pada zaman sekarang, mulai memperhatikan pedidikan formal
yang mana biasanya di terapkan sejalan dengan pembelejaran kepesantrenannya. Di
Indonesia eksistensi pesantren pada era sekarang turus membantu dalam
berjalannya proses pendidikan baik itu pendidikan sosial ataupun moral.
Lalu, mengapa
orang tua senang jika anaknya dipesantren? Saya sendiri jebolan dari salah satu
pondok pesantren yang berada di Magelang. Alasan medasar kedua orantua
memasukan saya sewaktu awal lulus Sekolah Dasar ke pesantren adalah melihat
basic dari keluarga saya yang memegang prinsip bahwa harus “Nyantri”. Selain
itu melihat pergaluan anak anak sebaya saya yang mulai tidak terkontrol. Banyak
persepsi keliru bahwa pesantren adalah tempat untu anak anak yang nakal dan
tidak bisa diatur. Namun, pesantren menepis semua itu. Pesantren menjadi wadah
terbaik dalam menumbuhkan kedisiplinan seorang anak. Berbicara mengenai anak,
suatu saat pasti kita semua akan menjadi orang tua. Yang membedakan orang tua
pada zaman dahulu dan sekarang adalah sifat anak yang semakin hari semakin tak
teratur seiring perkembangan zaman.
Zaman
sekarang atau yang sering disebut “zaman now” memang sangat mudah dimasuki oleh
hal hal negative yang bersifat adiktif. Salah satunya adalah sosial media yang
jangkauan dan ruangnya tak terbatas. Menanggapi soal itu peran orang tua
sangatlah penting dalam mengontrol dan memberikan arahan yang baik kepada
anaknya dalam bersosial media. Faktanya orang tua kewalahan dalam menangani hal
tersebut. Fenomena itu tak lepas dari kecanggihan teknologi sekarang yang serba
instan membuat anak anak “mager” dan lebih nyaman pada zona kemalasan. Hal
tersebut memunculkan persepsi bahwa berjam jam bermedia sosial lebih
mengasyikan dari pada bergiatan postif diluar rumah. Merespon permasalahan
tersebut orang tua menjadi berfikir bahwa pesantren adalah jalan terbaik untuk
mendidik kesiplinan serta menumbuh karakter anak.
Pesantren
hadir atas permasalah penurunan karakter anak. Pembentukan kareakter ala
pesantren dinilai manjur. Disamping itu, selain pendidikan karekater yang ada
di pesantren, kesiplinan pun menjadi “jurus jitu” agar mengubah pola hidup serta
membiasakan dari hal hal yang terkecil terlebih dahulu. Menumbuhkan Kesiplinan
tentu tidak mudah. Banyak hal hal yang harus dilakukan secara paksa, salah
satunya adalah tidak boleh membawa smartphone. Pesantren menilai dari
kesiplinan tersebut memicu peserta didik agar terus beraktifitas dan tidak
tenggelam dizona nyaman.
Didalam
pembentukan karakter pesantren memiliki dua fungsi yang cukup penting dan
krusial yaitu sebagai lembaga pendidikan untuk mengkaji, mengamalkan dan
menyebarluaskan ilmu ilmu agama serta menjadi wadah bagi santrinya untuk
menempa dan membentuk kader generasi penerus bangsa yang berlandaskan ilmu
agama yang kuat. Didalam pesantren sendiri terdapat pengawasan pengawsan khusus
dan ketat terkait tata norma dan muamamalah. Bimbingan serta arahan dari kyai
dan guru lebih menekankan pada dimensi psikomotirik dan afektif dan tidak
terlalu menekan pada diemnsi kognitif. Dengan kata lain santri diberikan
bimbingan bahwa, adab, proses dan sikaplah yang utama dalam menuntut ilmu. Hal
tersebut berbanding terbalik jika dibadingkan dengan sekolah formal SD-SMA yang
mana sekolah lebih mengembar gemborkan aspek kognitif. Terkadang dengan
penekanan tersebut membuat lupa bahwa proses dalam pembelajaranlah yang
penting. Dari karakter pesantren tersebut dapat menjadikan sebgai lembaga
pendidikan yang efektif dalam membangun karakter dan akhlak peserta didik. Lagi
lagi inilah sebuah jawaban bahwa pesantren menjadi jawaban atas permasalahan
yang tengah dihadapi oleh pendidikan di Indonesia.
Kemajuan
zaman jika tidak diimbangi dengan adab maka akan carut marut dan semakin jauh
dari kata kemajuan itu sendiri. Karakter yang khas pada zaman kini adalah
menjadikan teknologi menjadi life style. Memang pendapat itu sangat valid,
namun apalah arti kemajuan teknologi tanpa pendidikan akhlak dan karakter. Disinilah
pesantren selalu hadir dengan gagasan dan prinsip yang dipegang. Hidup didalam
pesantren mungkin bisa dibilan prihatin jauh dari kedua orang tua dan harus
menempa dirinya sendiri. Keterbatasan segala aspek memunculkan sikap sederhana
dan peduli dengan sesama. Ada yang menarik didalam pendidikan di pesantren
yaitu hubungan antara kyai, guru, masyarakat hingga teman sebaya menjadi sauatu
kesatuan yang erat. Dengan hubungan itu terciptanya kedekatan emosional, jiwa
sosial yang tinggi. Sehingga mempermudah dalam proses menuntut ilmu.
Sistem
pendidikan yang diterap pesantren sangatlah komplit, jadwal sudah tersusun dan
terbagi secara rapih sehingga memunculkan jiwa kedisplinan yang tinggi untuk
peserta didiknya. Mulai dari bangun sbuh hingga tidur Kembali pada malam
harinya. Kerapihan dan management waktu sangat dibutuhkan agar semua jadwal
tersusun baik. Tidak ada celah untuk berleha leha atau menghabiskan waktu untuk
sekedar bermain semua kegiatan harus diikuti agar tidak mendapat hukuman dari
guru. Peserta didik mungkin pada awalnya mengeluh dan selalu “Mager-mageran”
namun, inilah yang menjadi awal dari dan kebiasaan yang baik untuk menjalani hidup
setelah lulus nanti.
Dalam
upaya menyesuaikan dalam modernisasi, pesantren harus memiliki tanggung jawab
yang besar yaitu sebgai lembaga pendidikan agama Islam dan sebagai agen
perubahan. Dalam hal ini kerap kita menjumpai dengan nama pondok pesantren
modern yang didalamnya memiliki sistem pendidikan yang tepat untuk masa kini
untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi tuntutan zaman. Pesantren
modern sebenarnya sebuah perubahan dari pesantren klasik, dimana kemunculannya
bertujuan untuk beradaptasi dengan zaman yang ada. Sistem pendidikan pada
pesantren modern itu sendiri menggabungkan antara sistem kalsik dan modern.
Dalam sistem pesantren modern kerap kali kita menjumpai adanya sekolah sekolah
formal didalamnya.
Pesantren
kini tidak menutup mata akan perkembangan zaman yang ada serta terus melakukan
perubahan dan pembelajaran karakter dan sikap pada peserta didik agar dapat
mampu beradaptasi dengan baik dengan zaman yang ada. Faktanya, banyak sekali
pesantren modern yang maju dan terus berkembang ditengah masyarakat. Disisi
lain ada kekhawatiran tersendiri dalam pergeseran dari pesantren tradisonal
menjadi pesantren modern. Kekhawatiran tersebut adalah akan tergerusnya
identitas pesantren dengan arus globalisasi yang ada. Namun, apabila modernisasi
dibarengi dengan nilai nilai luhur pesantren maka, pesantren menjadi lembaga
pedidikan yang mampu menjawab tantangan arus globalisasi dan mampu berkembang
pada situasi apapun.
Sekolah
umum atau pesantren?
Mananggapi
pertanyaan tersebut jawaban ada pada diri masing masing. Perbadaan antara
sekolah umum dan pesantren terletak pada kurukulumnya. Sekolah umum menggunakan
kurikulum dari pemerintah. Sedangkan pesantren selain menggunakan kurikulum
dari pemerintah, pesantren juga memiliki kurikulum sendiri dengan ciri khas
yang beragam dengan mengedepankan pendidikan akhlak dan karakter peserta didiknya.
Menurut pengalaman saya, setelah lulus dari pesantren saya lebiih memilih
pesantren yang berbasis modern, karena dengan memilih pesantren modern maka,
semua aspek pendidikan yang ada pada sekolah umum akan senantiaasa didapatkan
pun juga aspek-aspek yang ada dipesantren itu sendiri. Jadi, banyak kelebihan
kelebihan yang didapatkan didalam pesantren yang mungkin saja disekolah umum
tidak dapatkan. Contohnya adalah aspek sosial masyarakat. Memang tidak
memungkiri bahwa sekolah umumpun terdapat aspek tersebut. Namun, pesantren menghidangkan
aspek sosial yang menurut saya lebih matang dan tersusun. Pembentukan sikap dan
kepeakaan terhadap sesuatu akan lebih responsif. Juga didalam pesantren
keterlibatan masyarakat sekitar membuat jiwa bersosial dan bercengkrama akan
semakin besar. Disisi lain kegiatan yang lebih pada dibandingan sekolah umum
juga menjadi landasan bahwa adanya kontrol lebih dari pesantren untuk peserta
didinya.
Pada
beberapa tahun terakhir banyak sekolah umum yang menyediakan boarding untuk
muridnya. Hal ini menjadi salah satu terobosan yang baik bagi sekolah formal
dalam rangka mencetak peserta didik yang berkarakter. Namun, tidak sedikit
sekolah yang akhirnya gagal dalam merintis terobosan tersebut. Melihat fenomena
tersebut, banyak factor yang melatar belakangi sekolah menyediakan boarding
atau asrama pertama, memudahkan kontrol antara sekolah dan peserta didik. Dengan
kemudahan dalam pengawasan inilah yang menumbuhkan kedisiplinan pesarta didik.
Kedua, mengajarkan pelajaran tambahan yakni pelajaran terkat tanggung jawab dan
jujur. Dengan metode apa pelajaran tersebut bisa berlangsung? Metode yang
digunakan yakni menjadikan guru sebagai tauladan bagi peserta didik, sehingga dapat
menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya.
Kesimpulannya adalah arus globalisasi di era sekarang membuat generasi sekarang memiliki karakteristik yang khusus. Teknologi sebagai hasil dari kemajuan zaman malah dijadiakan kambing hitam dalam penurunan karakter pada anak. Pesantren disini sebagai lembaga pendidikan sebagai salah satu wadah yang tepat untuk generasi generasi penerus untuk senantiasa belajar bahwa pentingnya pendidikan karakter dan akhlak sedari kecil. Orang tua sekarang muali peduli tentang sikap dan karakter anak anaknya ketimbang bagaimana dia mendapatkan rangking di kelas. Mengimbangi aspek kognitif afektif dan psikomotorik tentu akan sulit apabila sistem pendidikan di Indonesia masih dalam hal formalitas saja.
Tentu ini semua
tantangan bagi kita semua agar selalu memberikan arahan pada anak anak khususnya
peserta didik betapa urgent dan pentingnya pendidikan akhlak dan karakter.
Memang faktanya orang tua sekarang sulit sekali mengontrol kegiatan dan
aktifittas anak anak di rumah. Didalam sekolah pun sekarang guru kewalahan
dalam membimbing peserta didiknya. Metode pembelajaran kuno membuat peserta
didik bosan dan jenuh. Maka dari itu muncul pendapat model pembelajaran pesantren
modern cocok untuk generasi zaman sekarang yang serba instan. Pesantren hadir
untuk menepis kekhawatiran akan terpengaruhnya anak anak dalam lobang globalisasi
dan kemajuan teknologi yang tinggi. Oleh karena itu harapan besar bagi
Indonesia kedepan adalah dengan terus mengeksiskan lembaga pendidikan khas
yaitu pesantren. Dengan itu insyallah dapat menjawab semua tantangan zaman ke depan.
Penulis : Faisal Berryl Aushof (mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Saya setuju jika orang tua memperbolehkan anaknya mencari ilmu di pondok pesantren. Tetapi ada orang tua yang tidak memperbolehkan anaknya masuk pondok pesantren mungkin karena suatu hal. Pendidikan di pondok pesantren sangatlah memamg lengkap apalagi pendidikan agamamya sudah tidak diragukan lagi. Pada zaman sekarang ini zaman yang maraknya pergaulan bebas dan lain sebaginya pondok pesantren adalah salah satu pendidikan yang aman. Karena di pondok pesantren sangat terjaga antara laki - laki dan perempuan asramanya pun terkadang berpisah dan tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam pesantren.
BalasHapusFikri Maulyda-
BalasHapusMasyaAllah bagus sekali artikel ini, benar-benar seseram itu apa yang sedang dihadapi oleh kita saat ini, dinana degradasi moral justru hadir dari sekolah-sekolah yang selaam ini kita anggap baik dan menjadi tumpuan para orangtua untuk memercayakan anak mereka didalamnya. Meski memang bukan 100% murni kesalahan sekolah, karena degradasi moral dari orangtua sebagai pendidik utama juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Memasukkan anak ke pesantren juga bukan satu-satunya cara untuk menahan gejolak degradasi moral peserta didik namun bisa menjadi salah satu opsi untuk dipilih ketika memang orangtua sanggup dan mampu untuk membayarkan segala kebutuhan anak. Namun beda halnya ketika orangtua tak mampu menyekolahkan di pesantren dan tak punya pilihan lain selain menyekolahkan di sekolah formal biasa tanpa boarding school itu yang menjadi salah satu tantangan yang akhirnya membuat kita sebagai generasi pemuda perlu memikirkan solusi untuk ini di kemudia hari, apalagi kita sebagai calon-calon guru yang kelak entah akan akan mengajar dimana, namun satu yang pasti bahwa moral dan pendidikan harus beriringan lurus agar tercipta anak yang baik secara intelektual maupun karakternya.
Terimakasih penulis..
saya setuju dengan apa yang penulis buat pesantren dan generasi zaman now, sekolah formal yang hanya menerapkan pendidikan formal tanpa menerapkan pendidikan akhlak dan moral maka akan menyebabkan kurangnya adab dan moral anak anak jama now yang dimana anak jaman sekarang amat sangat kurang tentang adab maka dari itu pendidikan pesantren adalah solusi sangat tepat untuk merubah adab dan moral anak menjadi lebih baik, dan pesantren sekarang kemajuan nya sudah sangat pesat dan modern tidak kalah dengan sekolah formal. Syekh Abdul Qadir Jailani pun pernah berkata "aku lebih menghargai orang yang beradab dari pada berilmu" "kalau hanya berilmu iblispun lebih tinggi ilmunya dari pada manusia"
BalasHapusBismillaah
BalasHapusSaya sangat menyukai ulasan penulis mengenai pesantren dan generasi zaman now.Begitupun saya lulusan pesantren.Harapan orang tua menyekolahkan anaknya kepesantren tentu yg paling utama bisa menjadi anak sholeh sholehah yang kelak bisa mendoakan orang tua.Karna doa anak sholeh sholehah insyaAlloh dikabulkan oleh Alloh..Aaamiin
Terlepas ketika manusia ada ibadahnya tidak beres, Ilmu agamanya masih sangat minim. Ditambah lagi tak punya keinginan untuk menambah ilmu akhirat,sungguh mereka itu tidak menjadi orang beruntung diduni dan diakhirat.
Namun saya juga beranggapan bahwa ilmu agama saja tidak cukup untuk hidup bekal didunia.Apalagi diera globalisasi atau yang penulis bilang "zaman now" kita juga harus menyelaraskan antara ilmu agama dan dunia.Seperti pentingnya memahami ilmu pengetahuan alam dan lain sebagainya
Sofiana Rosidatun Nafi'ah
BalasHapusSangat setuju dengan artikel yang dituliskan oleh penulis, bahwa saat ini pesantren menjadi salah satu lembaga yang paling diminati oleh orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya, Selain karena pesantren sudah banyak yang menyediakan jenjang sekolah formal, Pendidikan pesantren saat ini sudah tidak bisa dibilang kalah dari lembaga pendidikan lain, Bahkan sudah mampu mengimbangi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Pesantren juga menawarkan pendidikan yang sangat kuat, karena pendidikan akhlak itu telah dibiasakan dibiasakan atau dipraktekkan dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal ini pendidikan pesantren solusi untuk orang tua yang takut dengan pergaulan anak-anaknya ketika diluar, Meskipun dengan demikian memasukkan anak ke pesantren juga tidak bisa dilakukan atas dasar paksaan, Karena bisa mengakibatkan anak tidak betah ketika nanti di pondok, Bisa jadi juga anak menjadi tidak bisa seperti apa yang diekspektasikan orang tua.
Terimakasih
Pesantren menjadi pilihan terakhir yang sangat utama, orang tua kadang tidak tega mengirim anaknya jauh dari rumah bahkan tidak berjumpa setahun atau bertahun-tahun. Juga rata-rata pondok memiliki biaya spp yang tinggi. Tetapi pesantren menjadi benteng terakhir bagi generasi muda untuk membangun kekuatan moral, akhlak dan pengetahuan nya
BalasHapusRuhul hafizh riyadh
Apri Auliya' Rosyada
BalasHapusSaya setuju dg pernyataan bahwa pesantren adalah salah satu tempat penanaman karakter, kedisiplinan, ahlakul Karimah, ibadah praktis. Dengan segala kekurangan nya baik dari manajemen, tenaga pendidik maupun sarana prasarana, pesantren tetap membuahkan hasil santri " yg Soleh Solihah.
Namun, pada dekade sekarang ini pesantren mengalami pergeseran nilai dikarenakan ada oknum ustadz di salah satu pesantren yg mencoreng nama baik pesantren, sebagai imbasnya banyak orang tua yang kawatir memasukkan anaknya ke pesantren.
Sangat setuju dengan artikel yang dituliskan oleh penulis, bahwa saat ini pesantren menjadi salah satu lembaga yang paling diminati oleh orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya, Selain karena pesantren sudah banyak yang menyediakan jenjang sekolah formal, Pendidikan pesantren saat ini sudah tidak bisa dibilang kalah dari lembaga pendidikan lain, Bahkan sudah mampu mengimbangi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Pesantren juga menawarkan pendidikan yang sangat kuat, karena pendidikan akhlak itu telah dibiasakan dibiasakan atau dipraktekkan dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal ini pendidikan pesantren solusi untuk orang tua yang takut dengan pergaulan anak-anaknya ketika diluar, Meskipun dengan demikian memasukkan anak ke pesantren juga tidak bisa dilakukan atas dasar paksaan, Karena bisa mengakibatkan anak tidak betah ketika nanti di pondok, Bisa jadi juga anak menjadi tidak bisa seperti apa yang diekspektasikan orang tua.
BalasHapusTerimakasih
Pendidikan pesantren memang dapat lebih menanamkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Di pesantren siswa juga dibiasakan untuk mengedepankan adab sebelum ilmu. Menurut saya adab merupakan hal yang sangat penting, karena saya sendiri merasakan perbedaan siswa-siswa yang memang tidak dibiasakan terkait pengedepanan adab terhadap menuntut ilmu biasanya sering menyepelekan atau bahkan meremehkan guru saat diajar.
BalasHapusNamun semua hal diatas tidak menjamin bahwa siswa umum pun tidak dapat menjalankan adab dalam kehidupan sehari-hari.
Saya sangat setuju dengan ulasan penulis, ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk menghadapi kehidupan di era yang serba canggih ini, pendidikan karakterlah yang lebih utama di butuhkan oleh individu zaman sekarang, melihat banyak sekali turunya moralitas individu di lingkungan masyarat. Maka dengan memperhatikan adab, akhlaq, ataupun karakter maka ilmu dengan sendirinya akan mengikuti. Maka dari itu pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bisa dipilih untuk mengembangkan aspek karakter sekaligus ilmu pengetahuan bagi peserta didik.
BalasHapusSaya setuju dengan artikel ini, memang sudah seharusnya orang tua menyekolahkan ke pondok pesantren, dimana di pesantren itu tidak hanya diberikan pendidikan agama saja, tetapi pendidikan umum juga ada. Dan dengan menyekolahkan anak ke pesantren anak lebih bisa menumbuhkan sikap kemandirian,kerja sama antar teman, tenggang rasa, jiwa kedisiplinan, tanggungjawab dan sikap-sikap lain yang menumbuhkan jiwa kedewasaan pada anak.
BalasHapusFirjatullah Alam Alawy (1906010083)
BalasHapusDalam pendapat saya, pendidikan di pesantren tetap perlu dukungan dari orang tua maupun wali santri. Karena dalam pengalaman saya, masih banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke pesantren, namun hanya sebatas "menitipkan" anaknya, Disini orang tua yang demikian merasa segala bentuk pendidikan akhirnya cukup diajarkan di pesantren saja. Jika saya jumpai yang seperti ini, biasanya orang tua yang semacam ini dalam keadaan tidak harmonis, dan menyekolahkan anaknya di pesantren adalah jawaban untuk menghindari konflik keluarga. Hal in yang membuat mental santri dalam maupun diluar pesantren menjadi terganggu. Mulai dari sinilah salah satu penyebab santri suka membuat pelanggaran atau menurunkan semangat menuntut ilmu.
Bersyukur bagi kita yang memiliki keluarga yang "samawa". Maka dari itu. pentingnya peran orang tua dalam menyokong pendidikan anaknya, khususnya ketika berada di rumah.