Perekonomian sangatlah lekat dengan kehidupan manusia sehari-hari dan menunjang kehidupan manusia. Peranan perekonomian yang begitu penting ini membuat banyak manusia mengembangkannya. Salah satu hasil pengembangan perekonomian tersebut adalah adanya ekonomi yang berbasis agama Islam atau lebih dikenal dengan ekonomi Islam. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia yang setidaknya meliputi 100 juta penduduk Indonesia. Konsekuensinya adalah kiprah, sumbangsih, peran, serta dan tanggung jawab kedua ormas tersebut merupakan partisipasi yang sangat nyata bagi Indonesia. Sudah terbukti bahwa hampir dalam setiap dinamika sosial di Indonesia, kedua ormas tersebut selalu mempunyai positioning.
Perihal
interaksi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memang menarik untuk dikaji
mengingat kedua ormas ini hampir berusia satu abad, sebuah fenomena langka di
dunia Muslim yang menandai adanya keuletan memelihara cita-cita dan stamina.
Kerelaan sebagian besar Muslim Indonesia tetap berada dalam payung kedua
mainstream utama ekonomi Islam di
Indonesia. Tradisi keilmuan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah jika dilacak dari
sumber guru dan kitab (ilmu) yang menjadi inspirasi keilmuan para pendiri kedua
organisasi ini, walaupun terasa berbeda, namun pada titik tertentu terdapat
persamaan. serta fakta bahwa Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah tidak begitu
tertarik mengekspor diri keluar negeri (seperti Ikhwanul Muslimin dan Hizbuth
Tahrir) menunjukkan adanya pertautan yang erat antara keduanya dengan
Indonesia. Metode dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah sangat berbeda dengan
metode dakwah yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama tetapi kedua organisasi ini
mempunyai cara masing-masing untuk menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat.
Agama
Islam sangat menjunjung tinggi peran akal, menghormati perbedaan pendapat yang
bermanfaat bagi khazanah ilmiah Islamiah, perbedaan yang berorientasi kepada
kebenaran (Jamran, 2014). Perbedaan menciptakan keragaman dan keragaman adalah
sunnatullah. Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai keragamannya baik
dari variasi warna kulit, bahasa, tabiat, dan bentuk tubuh. Dalam keragaman
inilah terdapat keindahan dan kesempurnaan.
Keragaman
antar umat Islam juga telihat pada dua organisasi Islam terbesar di Indonesia
yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Distingsi antara Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah merupakan anugerah bagi Indonesia. Sinergitas antara Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Potensi
pengembangan ekonomi Islam di Indonesia sangatlah besar. Perlu adanya
strategi-strategi baru agar perkembangannya lebih bisa terasa. Sinergitas
antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah merupakan salah satu cara yang diperlukan guna pengembangan
ekonomi Islam tersebut. Metode dakwah serta basis pengikut kedua organisasi
tersebut yang jumlahnya besar serta mempunyai latar belakang yang berbeda dapat
membawa perekonomian Islam di Indonesia ke arah lebih baik.
Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah merupakan organisasi Masyarakat Islam terbesar di
Indonesia yang dituntut memiliki tanggung jawab besar untuk turut menata
keharmonisan hidup seluruh komponen bangsa. Hal ini juga menjadi salah satu
penyebab semakin berkembangnya jaman, perbedaan antara Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah semakin tipis walaupun secara umum masih terlihat perbedaan baik
secara metode dakwah maupun basis massa pengikut di tubuh kedua organisasi ini.
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memang telah diramu oleh masing-masing
pendirinya yaitu KH. Hasyim Asy`ari dan KH. Ahmad Dahlan sehingga dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia dan berkembang secara masif di Indonesia. Perbedaan
metode dakwah dan basis massa pendukung antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
sebenarnya jika dilihat dari sudut pandang pengembangan ekonomi Islam merupakan
sesuatu yang baik dan komplementer. Hal tersebut bahkan bisa menjadi faktor
pendorong bagi pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah semakin tipis walaupun secara umum masih terlihat perbedaan baik
secara metode dakwah maupun basis massa pengikut di tubuh kedua organisasi ini.
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memang telah diramu oleh masing-masing
pendirinya yaitu KH. Hasyim Asy`ari dan KH. Ahmad Dahlan sehingga dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia dan berkembang secara masif di Indonesia.
Perbedaan metode dakwah dan basis massa pendukung antara Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah sebenarnya jika dilihat dari sudut pandang pengembangan ekonomi
Islam merupakan sesuatu yang baik dan komplementer. Hal tersebut bahkan bisa
menjadi faktor pendorong bagi pengembangan ekonomi Islam di Indonesia.
Nahdlatul
Ulama mempunyai metode dakwah dengan penentuan hukum Islam yang merujuk dari
kitab-kitab salaf. Metode ini membuat pengikutnya sebagian besar ahli dalam hal
kajian hukum Islam secara komprehensif, serta memiliki beragam pandangan
terkait tafsir-tafsir alQur’an maupun hadits yang ada. Kondisi ini juga
terlihat dari mayoritas pesantrenpesantren di Indonesia yang mana umumnya
bercorak tradisional dan dekat dengan Nahdlatul Ulama. Santri-santri di
pesantren tradisional piawai dalam mengkaji beragam tafsir-tafsir terkait al-Qur’an
dan hadits secara komprehensif.
Muhammadiyah
mempunyai metode dakwah yang sedikit berbeda. Muhammadiyah lebih memilih
penentuan hukum Islam yang merujuk langsung dari alQur’an dan hadits. Hal ini
menjadikan Muhammadiyah mempunyai lebih sedikit pandangan terkait tafsir-tafsir
al-Qur’an dan hadits. Meskipun demikian, metode dakwah Muhammadiyah lebih
berfokus pada banyaknya kegitan yang tertuju pada pengorganisasian pembangunan
tata sosial dan kemajuan pendidikan, berbasis keIslaman yang dinamis di segala
aspek kehidupan. Hasil bentukan pergerakan ini adalah pendirian rumah sakit,
panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia
yang mempunyai karakteristik masing-masing. Kedua organisasi ini mempunyai
distingsi dalam metode dakwah maupun basis massa. Sinergitas Nahdlatul Ulama
dan Muhammadiyah melalui metode dakwah dan basis massa dapat mengembangkan
perekonomian Islam di Indonesia. Kedepan mungkin perlu adanya sinergitas lebih
mendalam antara aktifis, pengurus, maupun pengikut Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah. Warga masyarakat Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah perlu sedikit
mengabaikan perbedaan yang ada dan condong ke persatuan yang akan membawa
kemajuan bangsa Indonesia.
Penulis : Sari Feogeok (SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto)