Kelahiran Muhammadiyah tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Alquran dan karena itu pula seluruh geraknya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prisip ajaran Islam. Ada dua faktor yang menjadi penyebab berdirinya gerakan Muhammadiyah, yaitu : pertama, faktor subyektif yaitu pelakunya sendiri. Dan ini merupakan faktor sentral. Faktor yang lain hanya menjadi penunjang saja. Yang dimaksud disini ialah, kalau mau mendirikan Muhammadiyah maka harus dimulai dari orangnya sendiri. Kalau tidak, maka Muhammadiyah bisa dibawa kemana saja. Kedua, faktor obyektif ialah keadaan dan kenyataan yang bekembang saat itu. Hal ini hanya merupakan pendorong lebih hangat dari permulaan yang telah ditetapkan dan hendak dilakukan subyeknya. Maksudnya kenyataan bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia kemudian menjadi agama umat Islam di Indonesia sebagai akibat perkembangan Islam pada umumnya ternyata sudah tidak utuh dan tidak murni lagi.
Pandangan masyarakat Majenang terhadap keberadaan Muhammadiyah memiliki nilai positif dengan adanya amal usaha Muhammadiyah meliputi Lazismu, MDMC, dan lainnya. Muhammadiyah didirikan ketika keadaan masyarakat Islam sangat memprihatinkan, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, maupun kultural akibat penjajahan Belanda di Indonesia. Dalam bidang agama, kehidupan beragama menurut tuntunan Alquran dan as-Sunnah tidak berjalan karena adanya perbuatan syirik, bid’ah, khurafat, dan takhayul, sehingga agama Islam berada dalam keadaan beku.
Di bidang pendidikan, lembaga pendidikan Islam yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan dan kemajuan zaman, disebabkan sikap mengisolasi diri dari pengaruh luar serta adanya sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan panggilan zaman. Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan pemabaharuan di awal paruh abad dua puluh, telah menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi dinamis, cerdas dan kreatif dalam melihat tanda-tanda jaman.
Tampil sebagai gerakan pembaharu, di Majenang Muhammadiyah mendapatkan pengikut yang kebanyakan kaum muda yang menginginkan perubahan dari kekolotan faham agama yang jumud lagi mandeg. Percampuran faham agama dengan dogma takhayul, bid’ah dan khurafat yang melekat saat itu adalah pekerjaan besar yang dihadapi Muhammadiyah. Proses revitalisasi dengan jargon kembali kepada Alquran dan Sunnah menjadi alat yang ampuh untuk membangunkan kembali umat Islam dari tidur panjangnya. Lagi-lagi Kyai Dahlan dengan semangat tajdidnya mengagetkan banyak ulama saat itu, ia dicaci sebagai kyai gila atau entah apalagi Selain itu Muhammadiyah dikenal juga sebagai gerakan dakwah yang bergerak dalam menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan tidak bergerak dalam lapangan politik.
Hal ini dapat dilihat dari peran Muhammadiyah di Majenang secara umum, yaitu : pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid terus mendorong tumbuhnya gerakan pemurnian ajaran Islam dalam masalah yang baku (al-tsawabit) dan pengembangan pemikiran dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang menitikberatkan aktivitasnya pada dakwah amar makruf nahi munkar. Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan semangat tajdid yang dimilikinya terus mendorong tumbuhnya pemikiran Islam secara sehat. Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa, Muhammadiyah bertanggung jawab atas berbagai upaya untuk tercapainya cita-cita bangsa dan Negara. Keempat, sebagai warga dunia Islam, Muhammadiyah bertanggung jawab atas terwujudnya kemajuan umat Islam di segala bidang kehidupan, bebas dari ketertinggalan, keterasingan, dan keteraniayaan dalam peradaban global. Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah senantiasa bertanggungjawab atas terciptanya tatanan dunia yang adil, sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai dengan misi membawa pesan Islam sebagai rahmatan lil-alamin.
Perkembangan gerakan Muhammadiyah di Majenang mengalami pasang surut hal ini dipengaruhi oleh faktor intern; dimana tokoh-tokoh Muhammadiyah tidak terlalu aktif dalam mengembangkan ajarannya cenderung pasif dan faktor ekstern; dimana masyarakat masih menutup diri dan cenderung menolak pemahaman yang dibawa dan diajarkan oleh Muhammadiyah. Persepsi masyarakat Majenang terhadap Muhammadiyah sangat beragam ada sebagian masyarakat yang mendukung, ada sebagian merasa biasa saja dan bahkan ada sebagian masyarakat yang menolak secara tegas Muhamadiyah.
Perbedan persepsi ini terjadi karena dipengaruhi oleh perasaan, sikap, dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi, latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
Perbedaan dalam mempersepsikan suatu hal merupakan sesuatu yang mesti terjadi sebab kitika kita akan mempersepsikan suatu akan dipengaruhi oleh perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan, perhatian, proses belajar, dan lain sebagainya. Perbedaan persepsi boleh terjadi, perbedaan organisasi boleh terjadi bahkan berbeda keyakinan, sebab itulah tanda keberagaman kita. Tapi, hal yang terpenting adalah bagaimana kita dapat membingkai suatu keberagaman dalam sebuah bingkai kebersamaan. Perbedaan tidak boleh menjadi cikal bakal dari perpecahan. Dengan perbedaan marilah kita bersama menjaga keutuhan Agama, Bangsa dan Negara.
Penulis : Kiki Tri Utami (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Aestitie Qoulam Fati’ah
BalasHapusMuhammadiyah adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sementara itu, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan tentang pokok ajaran Islam) yang bersumber pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Keberadaan Muhammadiyah di Majenang diperlukan adanya kader kader untuk menyebarluaskan ajaran Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah membuka lebar untuk semua masyarakat yg mau bergabung menjadi kader Muhammadiyah