Keberagaman
agama di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan bangsa asing. Islam mulai
memasuki Indonesia pada abad ke-7. Bangsa Arab memasuki Indonesia melalui jalur
perdagangan dan membawa kebudayaannya. Seiring berkembangnya jalur perdagangan,
bangsa Arab yang merasa nyaman berdagang di Indonesia mulai membangun ikatan
kepada sesame pedagang di Indonesia yang mana kemudian mereka menjadi menetap
dan mempunyai keturunan. Selain pedagang dari Arab, pada abad ke-13 pedagang
dari Persia dan Gujarat (India) juga menyebarkan ajaran agama Islam hingga saat
ini.
Saat masa
penjajahan Belanda, mulai bermunculan organisasi-organisasi di Indonesia salah
satunya adalah Muhammadiyah. Kita semua mungkin sudah tahu tujuan awal
dibentuknya organisasi Muhammadiyah pada zaman penjajahan Belanda dari mata
pelajaran Sejarah. KH Ahmad Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah. Beliau
mendirikan organisasi Muhammadiyah dengan harapan dapat membimbing umat muslim
pada masa itu dan agar mereka tidak melenceng dari ajaran Islam berdasarkan
Al-quran dan Hadist. Muhammadiyah masih berdiri kokoh hingga sekarang karena
generasi-generasi penerus yang tidak memutuskan hubungan silahturahmi.
Muhammadiyah semakin berkembang hingga era globalisasi. Muhammadiyah juga
organisasi yang bergerak dibidang Pendidikan, Agama, dan juga Politik.
Muhammadiyah
mempunyai visi: Terwujudnya masyarakat Islam sebenar-benarnya, mandiri, maju
dan sejahtera. Berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan
tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari
pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan
pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan
(4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam
Sujarwanto & Haedar Nashir, 1990: 332).
Di
Indonesia ada banyak sekali organisasi Islam, Muhammadiyah adalah salah satunya
karena Muhammadiyah sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Berikut adalah
perbedaan ajaran Muhammadiyah dengan ajaran yang lainnya:
Dalam
sholat subuh, Muhammadiyah tidak membaca doa qunut. Banyak pandangan mengenai
bacaan qunut, pada ajaran Muhammadiyah sendiri tidak ada bacaan qunut saat
sholat subuh karena Nabi Muhammad SAW tidak membaca doa qunut sewaktu sholat
subuh kecuali Ketika beliau ingin mendoakan kebaikan atau kejelekan atas suatu
kaum. (HR Ibnu Hibban).
Muhammadiyah
juga tidak mengikatkan diri pada mahzab tertentu karena pusat dari ajaran
Muhammadiyah adalah agama Islam yang diturunkan kepada nabi Muhammadiyah yang
sumbernya melalui Al-quran dan As-sunah.
Tidak
menggunakan kata Sayyidina, menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah Homaidi Hamid “Dalam praktik Muhammadiyah, misalnya, kita tidak
boleh menambahkan kata ‘sayyidina’ dalam bacaan shalawat ketika salat.
Alasannya karena tidak ditemukan dalam hadis-hadis maqbulah atau hadis sahih
dan hasan.”
Muhammadiyah
tidak mengadakan tahlilan karena tidak ada ajarannya dari Nabi Muhammad SAW.
Tahlilan yang sering kita lihat dalam lingkungan adalah termasuk budaya yang
ada di Indonesia untuk mendoakan orang yang sudah meninggal.
Sholat tarawih
berjumlah 8 rakaat. Sholat tarawih adalah sholat sunah yang ada hanya pada
bulan Ramadhan. Jumlah rakaat sholat tarawih di Muhammadiyah dengan jumlah
total 11 rakaat ditambah witir.
Tidak ada
tambahan asholatu khairum minan naum pada adzan sholat subuh karena hukumnya
adalah sunah.
Banyak
sekali perbedaan yang ada antara Muhammadiyah dan organisasi yang lainnya,
karena ajaran Muhammadiyah bersumber dari ajaran Nabi Muhammad SAW pada
zamannya. Itulah mengapa organisasi ini dinamakan organisasi Muhammadiyah.
Muhammadiyah bercita-cita untuk menciptakan warga muslim yang modern dan
islami. Pendidikan adalah salah satu bidang yang dijalankan oleh Muhammadiyah.
Oleh karena itu banyak sekali instansi Pendidikan yang berasal dari
Muhammadiyah, mulai dari taman kanak-kanak hingga Universitas Muhammadiyah.
Penulis : Aulia Shafa Maharani (mahasiswa Prodi Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah
Purwokerto)