Muhammadiyah
adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH
Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah
yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah
untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk
memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam
sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Di lingkungan
tempat tinggal saya ormas muhammdiyah lebih cepat melaksanakan Puasa dan
melaksanakan Idul Fitri berjarak 1 hari Hal tersebut dikarenakan kedua ormas
tersebut memiliki perbedaan pendekatan dalam penentuan tanggal. NU menggunakan
metode rukyatul hilal (aktivitas pengamatan visibilitas bulan sabit yang
dilakukan oleh manusia saat matahari terbenam menjelang awal bulan kalender
Hijriah guna penentuan awal puasa dan Hari Raya), sedangkan Muhammadiyah
menggunakan pendekatan hisab rukyah
Sholat
tarawih ormas Muhammdiyah lebih singkat
dibandingkan ormas NU. Ormas NU
bertrawih 23 rakaat dengan witir sedangkan ormas Muhammdiyah bertrawih 11
rakaat dengan witir, pada lingkungan saya pada 8 rakaat sholat tarawih
kebanyakan ormas Muhammdiyah meninggalkan masjid/musholla dan melaksanakan
witir dirumah mereka masing-masing.
ormas NU dan
Muhammadiyah. Keduanya saling berusaha supaya dapat menjadi bagian penting dari
kehidupan masyarakat. Tidak jarang pula perdebatan terjadi akibat adanya
perbedaan sudut pandang dan tradisi dari kedua organisasi Islam tersebut. Tidak
hanya itu, keduanya saling sikut di beberapa kementerian (terutama
institusi-institusi di bawah kementerian agama) saling kritik dan kecam. Yang
tidak disangka bahwa kedua organisasi tersebut kini banyak dimasuki oleh
orang-orang tidak bertanggung jawab yang suka memperkeruh suasana ketika keduanya
sedang mengalami perdebatan. Adanya orang-orang seperti itu yang pada akhirnya
menimbulkan konflik yang tidak berujung.
ketika dalam
suatu keluarga di mana anggotanya terdiri atas orang NU dan Muhammadiyah ada
salah seorang anggota keluarga NU yang meninggal dunia dan akan melakukan
pengajian orang meninggal (tahlil), terjadi perdebatan dengan orang
Muhammadiyah, karena dalam prinsip ajaran Muhammadiyah tidak ada istilah
pengajian yang dilakukan untuk orang meninggal dan Muhammadiyah tidak meyakini adanya
tahlil dan beranggapan bahwa tahlil adalah bid’ah karena tidak ada dalam ajaran
Rosulullah.
Tidak jarang juga terjadi permasalahan mengenai
perbedaan cara beribadah, yang juga sering diperdebatkan oleh masyarakat dari
kedua ormas. Permasalahan-permasalahan tersebut terjadi karena adanya
kefanatikan dari masing-masing anggota ormas. Jika dari kedua ormas tersebut
bisa netral dan tidak memiliki sifat fanatik terhadap ormasnya masing-masing,
problematika tersebut bisa dinimalisir.Masyarakat yang sudah terjerumus ke
dalam sikap fanatik terkadang menjadi tidak bisa realistis dalam menerima
ajaran dan berkehidupan, di mana disadari kehidupan di dunia berlangsung secara
berdampingan dengan apapun dan siapapun.
Berbicara
tentang tahlilan, maka pasti hal pertama
masyarakat NU (Nahdhatul Ulama’). Tahlilan memang merupakan salah satu
amalan yang menjadi identitas atau ciri khas masyarakat NU. Budaya tahlil
hampir ditemukan dipelosok seluruh negeri, sebab NU sendiri merupakan salah
satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia
menyatakan bahwa dirinya adalah seorang NU.
Jika warga NU
sangat menjujung tinggi tradisi tahlilan, maka sebaliknya warga Muhammadiyah
sangat mententangnya. Namun sebenarnya tidak semua warga Muhammadiyah menentang
adanya tahlilan. Secara umum warga Muhammadiyah menganggap bahwa tahlilan
adalah bid’ah yakni melakukan amaliyah-amaliyah tertentu yang tidak ada atau
tidak diajarkan di zaman nabi Muhammad SAW. Bid’ah adalah suatu bentuk kegiatan
yang dihukumi haram untuk dilaksanakan.
Penulis
: Anastasya Shinta Ramadhani (mahasiswa Prodi
Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto)