Ormas Islam Persyarikatan Muhammadiyahi menjadi perbincangan
hangat publik. Karena pemerintah sedang dalam proses menetapkan 1 Ramadhan,
nama Muhammadiyah terus menjadi faktual. Setelah ditelusuri berbagai media
online, tampaknya ada perdebatan, khususnya terkait penetapan awal Ramadhan 1
oleh Kementerian Agama.
Namun pada tahun ini, Kementerian Agama mengambil pandangan
berbeda dalam menyelenggarakan pertemuan sidang ISBAT, dimana secara resmi
pimpinan pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa organisasi ini tidak diundang
secara resmi, sehingga tidak ada delegasi resmi dari organisasi ini.
Namun, klaim Kementerian Agama yang selalu ironis itu
berdampak pada semua ormas Islam, termasuk Muhammadiyah. Klaim Kementerian
Agama bahwa ada perwakilan Muhammadiyah dalam sidang Itsbat adalah pemikiran
yang terlalu dini dan mudah dibantah. Ini karena pemerintah tidak memahami
betapa bersih dan tertibnya sistem organisasi di Muhammadiyah.
Semua yang datang dan pergi sebagai wakil Muhammadiyah harus
terikat dan memiliki aturan organisasi. Bahkan saya ingin mengatakan terus
terang bahwa dalam hal berorganisasi, Muhammadiyah adalah organisasi yang
paling tertib dibandingkan dengan organisasi lainnya, dalam mengorganisasikan
dirinnya.
Belajar Berorganisasi.
Klaim pemerintah melalui Kementerian Agama mengundang
perwakilan Muhammadiyah tentu menjadi catatan tersendiri bagi pemerintah.
Mereka harus belajar menata sistem dan prosedur di Muhammadiyah. Misalnya,
siapa pun yang ditunjuk secara resmi oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk
mewakilinya secara resmi harus mendapat surat perikatan resmi dari
Muhammadiyah. Jika tidak ada surat seperti yang disebutkan, maka itu bukan
perwakilan resmi Muhammadiyah.
Artinya, Muhammadiyah sama sekali tidak terlibat dalam
penentuan 1 Ramadan 2022. Selain itu, informasi yang beredar di berbagai media
ternyata menghadirkan kontra-narasi terhadap penetapan 2 April yang sebelumnya
ditetapkan Muhammadiyah sebagai Sabtu Ramadhan 2022. Melihat situasi ini, siapa
yang bermain di belakang benda ini? Apakah Kemenag harus mengoreksi diri agar
sesuai dengan norma organisasi?
Muhammadiyah: Organisasi Paling Netral
Dalam sejarahnya, organisasi yang didirikan oleh pahlawan
nasional yaitu KH Ahmad Dahlan ini telah terbukti stabilitasnya dari waktu ke
waktu. Beberapa penelitian luar negeri juga turut hadir mewarnai gerak dan
momentum Muhammadiyah sehingga bisa berkembang menjadi sebesar sekarang ini.
Bahkan seorang antropolog asing, James Peacok, menyebut
Muhammadiyah sebagai amal terbesar dalam sejarah. Artinya sampai saat ini belum
ada satu pun organisasi di dunia yang dapat menandingi sistem dan amal usahanya
seperti yang terjadi di Muhammadiyah.
Oleh karena itu, memandang Muhammadiyah, sangat wajar bila
dikatakan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi kekuasaan yang paling netral.
Inilah alasan mengapa Muhammadiyah bertahan lebih dari 1 abad dan tentu saja
tidak mudah untuk mengatur perjalanan ini.
Dilihat dalam konteks perwujudan bangsa dan negara,
kehadiran Muhammadiyah merupakan aktor yang paling vokal. Bahkan ketika negara
diduga melanggar konstitusi, Muhammadiyah hadir melalui jaringannya dandapat
mengambil alih negara. Inilah yang sebenarnya ingin dia tunjukkan kepada dunia
bahwa tidak seorang pun, termasuk pemerintah, dapat mengganggu
Muhammadiyah.Meski tanpa menghadiri majelis untuk menentukan 1 Ramadhan,
gerakan organisasi akan tetap berfungsi di bawah arahan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Bukanlah Penghamba Kekuasaan
Di dunia ini sepertinya sangat sulit menemukan organisasi
besar di luar negara yang banyak berbicara tentang politik yang berbeda. Sebab,
kekuasaan bukanlah orientasi bagi Muhammadiyah. Meskipun kekuasaan itu penting,
terutama untuk mencapai tujuan kesejahteraan warga negara, misalnya, hal itu
tidak menjadi dasar Muhammadiyah gila kekuasaan.
Muhammadiyah harus tetap konsisten dan istiqomah sebagai
kontrol dan kelompok tengah yang ada antara negara dan masyarakat agar tidak
tertindas kekuasaan. Menurut catatan sejarah, organisasi ini tidak pernah
secara formal atau struktural berubah menjadi partai politik.Artinya bagi
organisasi ini adalah semangat dan energi konsistensi yang luar biasa.
Negeri ini harus banyak belajar dari Muhammadiyah. Bagaimana
sistem organisasi bekerja dan bagaimana mereka mengembangkan bisnis amal yang
begitu besar? Bahkan tidak masalah bagi Muhammadiyah untuk menduduki jabatan
menteri atau lembaga karena organisasi besar ini akan tetap berfungsi.
Akan tetapi, secara sadar seharusnya pemerintah
mempermalukan rakyatnya sendiri melalui Departemen Agama karena mereka tidak
memahami sistem organisasi di Muhammadiyah.Tidak melibatkan Muhammadiyah,
khususnya terkait penetapan Ramadhan 1, tentu menjadi tamparan bagi bobroknya
sistem organisasi di kementerian. Meski rendah hati dan rendah hati,
Muhammadiyah bukanlah halangan besar untuk terus mengabdi kepada umat dengan
sebaik-baiknya.
Penulis : Alfian Naufan Nurochman (mahasiswa Prodi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Purwokerto)