NU-Muhammadiyah
itu saling melengkapi. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh
saja, kenapa di desa-desa dengan mudah diislamkan NU sementara susah sekali
menerima Muhammadiyah. Sebaliknya jika diperkotaan lebih bisa menerima
Muhammadiyah dari pada NU. Dengan kata lain, karakter NU lebih konservatif
mempertahankan tradisi Islam zaman dahulu sehingga membuatnya lebih adaptif
dengan masyarakat kultural pedesaan. Misalnya kepercayaan mistik atau orang
sakti. Sebaliknya, Muhammadiyah yang bersifat rasional memiliki kesamaan
karakter budaya kota yang modern. Manajemen berorganisasi yang tertata rapi
menjadikan Muhammadiyah lebih bisa diterima di perkotaan karena memiliki
karakter rasional masyarakat kota.
Jadi sesungguhnya
tidak sepatutnya saling klaim mana yang lebih hebat antara NU dan Muhammadiyah,
karena kenyataanya memiliki kelebihan di area masing-masing. Islamisasi
pedesaan-pedesaan Nusantara ini tidak bisa dilepaskan dari peran NU, sekalinya
di kota-kota lebih di ambil perannya oleh Muhammadiyah. Mana yang lebih tinggi
dan berperan? tentu saja semua berperan
dan tinggi di tempat masing-masing, dengan begitu agama ini merata dan menyebar
ke seluruh penjuru Nusantara berkat keduanya. Baik di kota maupu di desa-desa sesuai karakter masing-masing. Perbedaan
tata cara ibadah jangan dijadikan permasalahan. Yang terpenting adalah rukun
iman dan islamnya sama karena saling toleransi itu indah.
Keluarga saya dan
lingkungan sekitar desa tempat saya tinggal sangat kental sekali NU nya, dan
semenjak kuliah ini saya memilih masuk ke UMP yang mana itu adalah kampus
muhammadiyah. Semenjak saat itu saya mulai paham maksudnya jadi ketua ormas ini
tujuannya sama memberi pemahaman agama kepada masyarakat sesuai ajaran nabi
tapi dengan cara yang berbeda dakwahnya. NU dengan cara tradisional modern
sedangkan Muhammadiyah dengan cara modern. NU lebih ahli dalam urusan pesantren
dan Muhammadiyah ahli dalam urusan sekolah modern dan rumah sakit. Karena
perbedaan-perbedaan yang ada ini jadi sering muncul masalah perselisihan di
masyarakat.
NU tetap
mempertahankan budaya di Indonesia bebarengan dengan penyebaran Islam, tapi
Muhammadiyah bukan berarti mau menghapus, tetapi hanya mengajarkan jangan
menjadikan adat sebagai agama. Arti disini yaitu boleh mengikuti adat namun
jangan menjadikan adat itu sebagai agama/keyakinan. Kesimpulan nya mau NU atau
Muhammadiyah sama-sama benar selama yang mereka sembah adalah Allah dan
melakukan ajaran Rasul. Tugas kita bersama untuk menjaga agama islam sebenarnya
yang rahmatan lilalamin di dunia ini khususnya di negara kita indonesia. Jadi
jangan sampai perbedaan tradisi membuat kita berspekulasi memukul rata kalau NU
dan Muhammadiyah beda semua padahal KH.Ahmad Dahlan dan KH.Hasyim asyari
belajarnya juga pada guru yang sama tetapi mereka berbeda pemikiran.
Mari kita jadikan
perbedaan ini menjadi perekat ukhuwah bukan sebagai pemicu perpecahan dan
jangan merasa kalau “kitalah yang paling benar”. Prinsip saya “kita harus
membuka hati,pikiran dan lingkungan, jangan sempit untuk mempelajari diluar
organisasi dan alirannya (fanatik sempit)”.
Mempelajari sesuatu itu jangaan hanya bacaan, tetapi harus paham apa
artinya dan harus memahami apa maksud dan maknanya.kita harus bersyukur dan
menghargai bagaimana perjuangan wali-wali allah yang dengan tekun berjuang
menyebarkan agama islam. Kita juga harus cerdas dan bisa menilai.
Antara
Muhammadiyah dan NU mana yang lebih baik? Semua ormas islam itu baik dan benar,
soal baik lebih baik itu ssubyektif dan opsional dan saling menghormati selera
orang adalah solusinya, kita harus belajar dari hal-hal baik dari keduanya
Saya merasa
sekarang ini NU lebih mudah diterima di semua golongan baiik di desa maupun di
kota karena NU beradaptasi dengan zaman
dan lingkungan, hal itu dibuktikan dengan tumbuhnya warga NU yang membengkak
dan NU sekarang lebih diterima karena lebih dekat ke penguasa. NU biasanya
menjadi rebutan partai-partai atau penguasa setiap pemilu apalagi kalau
pilpres, biasanya secara tidak langsung mengambil wapres dari NU untuk
mendongkrak suara. Mungkin itulah penyebabnya NU sekarang bersentuhan dengan
kekuasaan.
Saya juga
berpendapat bahwa Muhammadiyah merupakan salah satu ormas islam yang konsisten
dalam menjaga marwah islam. Tidak mudah membeo kepada kepentingan politik dan
penguasa, meskipun rezim terus berganti. Selalu obyektif dalam membaca situasi
sosial kemasyarakatan dari zaman ke zaman. Konservatif dalam menjaga syariat
dan inovatif dalam mengikuti perkembangan zaman dengan tetap menjaga
rambu-rambu nilai-nilai dalam islam. Saya mengamati kyai Muhammadiyah selalu
sejuk dan hidupnya istiqomah rendah hati dan selalu sederhana, padahal infonya
Muhammadiyah kaya raya. Sebagaimana yang saya lihat, Muhammadiyah sangat maju
dalam bidang ilmu dan kesehatan, hal itu dibuktikan dengan banyaknya sekolah
dan rumahsakit.
Sebetulnya yang
membedakan NU-Muhammadiyah di awal berdirinya adalah sistem pendidikannya. Hal
demikian karena KH.Ahmad Dahlan tertarik kepada pembaharuan islam yang melanda
di dunia arab oleh karena itu KH.Ahmad Dahlan kemudian mendirikan sistem
madrasah dengan memadukan ilmu agama dengan ilmu umum. Sementara NU model
pendidikannya tetap mempertahankan pada tradisi lama (pesantren) dengan sistem
sorogan dan bandongan. Sorogan yaitu model mengaji di surau-surau atau langgar
di zaman dahulu dengan mengajari al quran kemudian menirukannya. Adapun
badongan dengan menyimak kyai membaca sebuah kitab kuning atau hadist.
Masih banyak yanng
belum bisa membedakan hukum-hukum islam dalam sisi riwayat dalam kondisi ideal
dan penerapan hukum islam dalam kondisi real ( dalam batas ruang dan waktu).
Sehingga yang satu islamis dan yang satunya kurang islamis. Dan yang melihat
kondisi real kadang-kadang juga berbeda (karena sudut pandang dan orioritas).
Penulis : Retno Wulandari (mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah
Purwokerto)