Dalam era globalisasi yang semakin berkembang pesat ini, perubahan
sosial, budaya, dan keagamaan
menjadi salah satu fenomena yang tidak dapat dihindari. Di tengah dinamika perkembangan tersebut, agama sebagai
salah satu pilar utama dalam kehidupan manusia
juga tidak luput dari pengaruh perubahan tersebut.
Artikel
yang saya tulis ini akan membahas tentang dinamika keagamaan yang terjadi di lingkungan pesisir pantai di Cilacap. Cilacap,
yang terletak di pesisir selatan
Pulau Jawa, memiliki
keunikan tersendiri dalam hal keagamaan. Wilayah pesisir pantai Cilacap menyimpan kekayaan budaya dan sejarah yang kuat, termasuk
dalam aspek keagamaan.
Dalam artikel
ini, kami akan mengulas menurut
opini pribadi saya sendiri tentang
berbagai aspek dinamika keagamaan yang terjadi di lingkungan pesisir
pantai yang tepatnya di Cilacap. Tentu saja, setiap perubahan memiliki
kelebihan dan kekurangan, tantangan dan peluang.
Melalui penulisan artikel ini, kami berharap dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang
keberagaman keagamaan di lingkungan pesisir
di pantai Cilacap,
serta memberikan gambaran
yang jelas tentang
upaya-upaya yang dilakukan
oleh masyarakat setempat dalam
menjaga keutuhan dan keberlanjutan kehidupan keagamaan mereka di tengah perubahan
yang terus berlangsung.
Saya
hidup di lingkungan yang bermayoritas beragama islam di sebuah perumahan di dekat pesisir pantai, namun tidak semuanya
juga beragama muslim, beberapa orang di sini
menganut keyakinan beragama yang berbeda-beda, bahkan penganut islam kejawen pun masih ada di sekitar
sini, namun dari berbagai agama yang ada di lingkungan ini, kita para masyarakat masih hidup rukun dan
harmonis di tengah keberagaman beragama, apalagi
di tengah era globalisasi ini, yang di mana era globalisasi ini membawa banyak pengaruh pengaruh dari barat, baik hal-hal yang baik ataupun
yang buruk, kekentalan adat dan budaya di
sini pun masih sangat kental di tengah derasnya arus globalisasi, dan keberagaman beragama, tepatnya di pesisir pantai,
di mana dalam setahun sekali
tepatnya pada bulan suro di
pesisir pantai akan di gelar upacara adat sedekah laut, yang di mana budaya tersebut sudah ada sejak dahulu.
Dalam upacara adat sedekah
laut itu, para warga dan masyarakat
pesisir pantai sangat berantusias dalam menyambutnya, mereka akan membawakan hasil-hasil pertanian,
perkebunan, dan peternakan mereka lalu hasil bumi itu oleh mereka
akan di hias dengan sebagus
mungkin, dengan dupa,
dan sesajen-sesajen, untuk di bawa ke tengah laut, dan mereka
akan lemparkan itu semua ke tengah laut, hal
tersebut di percaya oleh mereka sebagai suatu ucapan tanda syukur,
berkah dan rezeki atas hasil laut yang melimpah, yang di berikan
kepada para nelayan
di lingkungan sekitar
pesisir pantai, yang selama ini merupakan sumber
penghasilan para nelayan,
dari upacara tersebut para masyarakat sekitar pantai
juga antusias ikut ramai menyaksikan upacara
adat tersebut tanpa adanya pertentangan dari agama dan kepercayaan lain
yang ada di sekitar wilayah
pesisir pantai,
Selain
upacara sedekah laut, di sini juga masih ada upacara adat sedekah bumi, sedekah bumi merupakan suatu upacara adat atau suatu tradisi yang akan di lakukan tepatnya
pada awal bulan muharram atau suro, acara tersebut sebenarnya konteksnya
sama saja dengan sedekah laut, namun perbedaannya acara adat sedekah
bumi di gelar sebagai suatu bentuk rasa syukur kepada kepercayaan mereka
karena telah memberikan bumi tempat kita tinggal
dan hidup selama ini dengan berbagai segala rezeki berupa hasil bumi untuk keberlangsungan hipus
para warga masyarakat di sini, tradisi
tradisi seperti ini merupakan salah satu bentuk ritual tradisional
masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun temurun
dari nenek moyang orang jawa terdahulu.
Itulah berbagai
contoh contoh yang bisa saya contohkan kepada
para pembaca artikel
ini, dimana masyarakat di sini hidup saling rukun dan menjunjung tinggi nilai toleransi
dalam berkehidupan beragama
dan bermasyarakat, yang bisa di ambil di sini adalah banyaknya adat dan budaya serta keberagaman beragama di sini tidak membuat
adanya permusuhan di sini, justru dengan adanya perbedaan
perbedaan tersebut masyarakatn di sini justru
orangnya menjunjung tinggi toleransi, walaupun di sekitar sini para
warga bermayoritas beragama muslim
namun mereka tidak melarang hal-hal tersebut di lakukan padahal dalam ajaran mereka sendiri, mereka
meyakini bahwa hal hal tersebut di nilai musyrik, namun hal itu tidak menjadikan suatu keributan di sini, justru kita hidup saling bersosialisasi dengan
hangat dan menjunjung tinggi bertoleransi antar umat beragama
dan keberbudayaan.
Penulis : Wildan Aulin Nuha (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)