Muhammadiyah adalah sebuah organisasi
Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi
Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah
mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan
alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat
membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik.
Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis,
tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala
aspeknya.
Masyarakat muslim Purwokerto pertama kali mengenal Muhammadiyah, ketika K.H. Ahmad Dahlan memberikan pengajian akbar di Masjid Agung
Baitussalam pada tahun 1920. Kehadiran K.H. Ahmad Dahlan di Purwokerto waktu itu disambut hangat, antara lain oleh: R. Mochamad Dirjo, K.H. Mansur, K.H. Halimi, Hasanmiharjo, K. Ma'ruf, Mochamad Sayidi, Z. Yastrawirya, Yasmirja, H. Abdurochim, K. Muheni, Jarnuji, Sanuji, Tarikat, Ny.
Hasanmiharjo, Ny. H. Abdullah.
Menjelang pengajian berakhir, K.H.
Ahmad Dahlan mengajak kepada hadirin supaya didirikan Persyarikatan
Muhammadiyah di Purwokerto. Ajakan ini mengundang reaksi spontan dari sebagian
hadirin yang merasa kurang menerima ajakan tersebut. Mereka yang kurang
menerima ajakan itu protes karena beranggapan bahwa Muhammadiyah termasuk
golongan Wahabi, yang akan melenyapkan tarekat yang sudah lama berkembang di Purwokerto. Sehingga
suasana pengajian menjadi agak kacau, namun dengan cara bijaksana K.H. Ahmad
Dahlan bisa mengatasinya.
Rupanya ajakan atau saran K.H. Ahmad
Dahlan mengundang reaksi pro dan kontra. Reaksi kontra seperti tersebut di
atas, sedangkan reaksi pro nampak setelah pengajian berakhir, K. Ma'ruf dan
Hasan Miharjo menghampiri K.H. Ahmad Dahlan dan mengundangnya untuk mengadakaan
musyawarah. Musyawarah dilakukan di rumah K.H. Halimi, di Jalan Pungkuran
Purwokerto, di belakang pendopo Kabupaten. Dalam musyawarah tersebut, disepakati bahwa
K.H Ahmad Dahlan akan hadir lagi di Purwokerto untuk memberikan pengajian yang
kedua. Pada kunjungan yang kedua tahun 1921 inilah K.H Ahmad Dahlan menjelaskan
tentang asas dan tujuan Muhammadiyah.
Kunjungan ini dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh kaum muslimin dan muslimat yang simpati dengan gagasan K.H.
Ahmad Dahlan, untuk mematangkan rencana dan mengadakan persiapan bagi pendirian persyarikatan Muhammadiyah di
Purwokerto.
Kehadiran K.H. Ahmad Dahlan yang kedua ini di anggap sebagai momentum yang tepat untuk menyusun persyarikatan Muhammadiyah di Purwokerto. Dengan disaksikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, kepengurusan Persyarikatan Muhammadiyah Cabang Purwokerto berhasil dibentuk dan langsung disahkan oleh beliau pada waktu itu juga. Kemudian, pada tanggal 9 Oktober 1921, dengan agenda HB. 438/7, Pengurus Muhammadiyah Cabang Purwokerto secara resmi mengusulkan, agar Pimpinan
Pusat Muhammadiyah menetapkan
Persyarikatan Muhammadiyah yang ada di Purwokerto. Satu tahun kemudian, dengan
Surat Ketetapan Nomor 11/BM tertanggal 15 November 1922, Presiden (Ketua
Pimpinan Pusat) Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan, meresmikan Persyarikatan
Muhammadiyah di Purwokerto menjadi Cabang Persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah bukan lah agama tapi organisasi,
dan organisasi tak pernah memaksa seseorang untuk mengikuti seperti apa dia
memahami al-quran dan hadist. Organisasi muhammadiyah merupakan organisasi yang saling
berkerja sama dan tak pernah mau menang sendiri. Muhammadiyah organisasi yang
memiliki banyak simpati terhadap kalangan bawah seperti yang di lakukan K.H
Ahmad Dahlan dia membantu orang-orang miskin dalam, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dll.
Menurut saya bukan organisasi ini yang
salah tapi orang yang salah akan memahami maksud dan tujuan muhammadiyah ini didirikan,
jelas dari awal muhammadiyah ini didirikan untuk meluruskan ajaran yang tak
sesuai akan alquran dan hadist. Muhammadiyah memilki peran penting sebagai penengah dan selalu melakukan dakwah
politik sosial agar masyarakat tidak megalami perselisihan yang dapat
menimbulkan perpecahan.
Di lingkungan Purwokerto mayoritas tidak muhammadiyah semua, melainkan ada yang NU. Interaksi
anatara orang muhammadiyah dan NU di Purwokerto itu saling menghormati sama lain bertoleransi kepada sesama manusia agar
tidak terjadi perselisihan. Contohnya pada
saat orang NU merayakan hari islam
yaitu israj mikraj orang muhammadiyah tidak ikut merayakannya mereka justru lebih menghormati acara yang diadakan oleh
orang NU. Disamping itu juga orang muhammadiyah tidak terlalu banyak merayakan hari-hari besar islam
kecuali hari besar islam pada umunya yaitu
idul fitri dan idul adha. Walaupun terkadang
di belakang mereka
membicarakan yang tidak-tidak, tetapi mereka menyadari perbedaan dalam agama islam itu seperti ini. Diantara
orang muhammadiyah itu ada yang cuek terhadap acara yang diadakannya orang NU
bahkan ada juga yang hanya sekedar dateng saja dan ada yang ingin sekedar ingin
tahu.
Kegiatan yang dilakukan di muhammadiyah
itu tidak terlalu berat seperti dilakukannya oleh orang NU tetapi kegiatannya
meliputi usaha dan kegiatan Muhammadiyah dalam bidang keagamaan yaitu memberikan tuntunan dan pedoman dalam
bidang aqidah, ibadah akhlak dan muamalah berdasarkan al-Quran dan as-sunnah, mendirikan masjid dan
musallah, mencetak kader ulama, menelaah berbagai kajian ke-Islaman dan
perkembangan umat Islam.