Menurut Dahlan Rais, Muhammadiyah merupakan organisasi yg bertujuan
untuk menyebarluaskan ajaran islam yg berkemajuan. Muhammadiyah Sebagai ajang
untuk berdakwah dan juga menciptakan pembaharuan, pembaharuan yang dimaksud
adalah relevan dengan perubahan, menjadi islam yang mampu berkontribusi
terhadap perubahan, maka dair itu Melalui perguruan tinggi Muhammadiyah
diharapkan islam mampu terwujud, memberikan solusi dan turut berkontribusi
membangun kemajuan.
Sebagai seorang mahasiswa dengan latar belakang terlahir dari
keluarga muslim, saya bersyukur bisa menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah.
Selain pelajaran akademik nilai-nilai islam juga bisa saya dapatkan dalam
kehidupan sehari-hari karena sebagai seorang muslim dan juga pelajar, kekuatan
utama yang hrus dimiliki adalah kekuatan iman karena keimanan menjadi hal
penting dan mendasar dari segala proses kehidupan. Iman saya seringkali naik
turun, tidak selalu konsisten sebagaimana para ulama, namun ketika berada di
lingkungan yang baik, berada di lingkungan orang-orang shalih insyaallah bisa
membantu untuk membooster keimanan saya.
Seperti yang saya sebutkan tadi, bahwa tidak hanya pemahaman
akademik saja yg bisa saya dapatkan, akan tetapi terdapat pembinaan karakter
berupa kegiatan mentoring yg bertujuan untuk membina akhlak dan lain sebagainya,
pada tahap pelajar khususnya, tentunya kita membutuhkan bimbingan dan peratian
terhadap keimanan sehingga mampu menjadi pribadi yg lebih baik lagi. Keimanan
seperti pondasi, maka dari itu kita harus memiliki keimanan yg kokoh dan kuat
supaya dalam mengerjakan amalan ibadah lainnya tidak mudah goyah dan tidak
terjerumus kepada kesesatan.
Setelah beriman, sebagai seorang pelajar tentunya kita juga harus
berilmu guna menjadi bekal ketika melalui proses kehidupan sehingga mampu
memberikan manfaat kepada sesama untuk kesejahteraan masyarakat, karena amal
merupakan buah dari keilmuan. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir
no. 3913).
Maka dari itu, kita sebagai seorang musllim
diwajibkan untuk menuntut ilmu terutama ilmu agama. Dengan menuntut ilmu, kita
akan dimudahkan jaln menuju surga, dikehendaki kebaikan, pahala yang berlipat
dan Allah mengangkat derajat orang-orang yg berilmu.
Sebagai mahasiswa yg menimba ilmu di Universitas
Muhammadiyah, saya bertemu teman-teman yg tentunya dengan latar belakang yang
berbeda, dari segi pemahaman, budaya dan lain sebagainya. Meskipun universitas
ini berbasis Muhammadiyah, akan tetapi terdapat beberapa pelajar yg bukan dari
latar belakang Muhammadiyah atau bahkan dengan agama yg berbeda, meskipun
begitu toleransi tetap terjaga dan dijunjung satu sama lain. Teman2 saya yang
bukan dari latar belakang Muhammadiyah sempat mengalami kebingungan seperti
tidak ada do'a qunut ketika sholat subuh atau bacaan takbiratul ihram yang
berbeda atau, perbedaan ketika malam Jum’at antara membaca Al-kahfi dan surat
yaasin. Berikut ini adalah keutamaan membaca surat Al-kahfi diantaranya:
§ Disinari cahaya antara pembacanya dan
ka’bah
§ Disinari cahaya antara dua jum’at
§ Dilindungi dari fitnah dajjal
§ Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:
§ مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ
سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
§ "Siapa yang menghafal 10 ayat
pertama Surah Al Kahfi maka dia akan dilindungi dari fitnah Dajjal." (HR Muslim 1919, Abu Daud 4325,
dan yang lainnya)
§ Selalu mendapat lindungan dari Allah
Ta’ala
Adapun beberapa pelajar yg berbeda agama atau
keyakinan tetap menjalani kegiatan belajar mengajar seperti pada umumnya, tidak
ada diskriminasi.
Ketika waktu solat dzuhur telah tiba, pintu masuk
dan keluar kampus akan ditutup, hal ini bertujuan supaya para mahasiswa
menyempatkan untuk sholat dzuhur terlebih dahulu sebelum meninggalkan kampus
dan agar tidak terlalu banyak kendaraan yg berlalu-lalang ketika adzan
berkumandang, sehingga akan lebih khusyu' untuk menjawab adzan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ
الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوا
مِثْلَ مَا
يَقُولُ الْمُؤَذِّن
“Jika kalian mendengar seruan adzan, maka
ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan muadzin.” (HR. Al-Bukhari,
611. Muslim, 383)
Penulis : Putri Syahara Arini (mahasiswa Prodi Sastra
Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto)