Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah Islam yang ada di Indonesia. Pendiri Organisasi ini adalah seorang ulama sekaligus khatib amīn kesultanan Ngayogyakarta, yaitu K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah lahir berdasarkan pemahaman mendalam K.H Ahmad Dahlan terhadap kitab suci Al-Qur’an dan keprihatinannya terhadap kondisi sosio historis umat Islam saat itu. Muhammadiyah merupakan alat yang digunakan untuk mewujudkan gerakan praksis agar membebaskan umat Islam dan bangsa Indonesia dari keterbelakangan dan ketertindasan.
Sebagai
gerkan islam, Muhammadiyah meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang benar
dan mampu mengantarkan hidup dan kehidupan manusia yang sejahtera, baik di
dunia dan akhirat. Ajaran agama Islam yang benar menurut Muhammadiyah adalah yang bersumber langsung dengan Al-Qur’an dan
as-Sunnah al-Maqbulah yang berasal dari Rasulullah saw. Untuk memahami ajaran
Islam, Muhammadiyah mengembangkan daya fikir akal yang terwujud dalam kegiatan
ijtihad, yaitu sebuah proses untuk mengerahkan segala kemampuan akal dalam
menggali sumber ajaran Islam untuk mendapatkan kepastian Hukumnya berdasarkan
wahyu dengan metode dan pendekatan tertentu.
Tujuan organisasi
Muhammadiyah yang lainnya juga untuk meluruskan keyakinan yang menyimpang serta
menghapuskan perbuatan yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid`ah. Organisasi
ini juga memunculkan praktik-praktik ibadah yang hampir belum pernah dikenal
sebelumnya oleh masyarakat, seperti salat hari raya di lapangan, mengokordinir
pembagian zakat dan sebagainya. Untuk mencapai tujuannya, Muhammadiyah
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh di
mana membicarakan Islam, mendirikan lembaga wakaf dan masjid-masjid serta
menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah.
Kondisi organisasi Muhammadiyah di
lingkungan tempat tinggal saya terbilang cukup baik walaupun dominan masyarakatnya
pengikut NU. Dapat dilihat banyak perbedaan antara kedua organisasi tersebut.
Diantaranya perbedaan dalam sholat, untuk sholat sendiri tidak memiliki
perbedaan yang signifikan kecuali dalam sholat subuh. Jika NU menggunakan doa
Qunut sedangkan Muhammadiyah tidak. Bacaan
sholat NU maupun Muhammadiyah dalam hal ini adalah doa iftitah, keduanya sangat
berbeda. Mengingat kita paham betul bagaimana doa iftitah sangat penting bagi
Ummat Muslim dalam menjalankan rakaat sholat untuk pertama kali. Hal yang berbeda
antara bacaan sholat ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah lainnya, ialah
terdapat pada pembacaan tahiyat dalam sholat. Keduanya memiliki pandangan yang
berbeda, sehingga bermanifestasi pada action yang berbeda
pula.
Perbedaan
yang lainnya dapat dilihat dari aspek ajarannya seperti dalam NU: membaca sholawat/puji pujian setelah adzan, tarawih 20 rakaat
tahlilan, barzanzi, dan selamatan,
adzan jumat 2 kali, menyebut
nabi dengan kata “sayyidina muhammad”. Dalam Muhammadiyah: tidak membaca puji-pujian, tarawih
8 rakaat, tidak boleh tahlilan, barzanji, dan kenduren, adzan jumat hanya 1 kali, dan tidak menggunakan kata sayyidina
Di lingkungan tempat tinggal saya
mayoritas pengikut NU termasuk saya sendiri dan menurut saya banyak perbedaan
dalam segi apapun. Setelah saya telusuri
dan mengamati tentang perbedaan dua organisasi tersebut di dua tempat (dusun)
yang berbeda yaitu dalam hal tahlilan. Untuk pengikut NU lumayan aktif dan
sering melakukan tahlilan sedangkan untuk tempat yang berbeda pengikut Muhammadiyah
tidak melakukan hal yang semacam itu. Perbedaan yang lainnya juga dapat saya
rasakan yaitu seperti dalam hal tarawih pada bulan Ramadhan. Pengikut NU
melakukan tarawih dan witir sebanyak 20 rakaat sedangkan untuk Muhammadiyah
hanya melaksanakan 8 rakaat. Dan masih dapat dirasakan perbedaan yang lainnya. Untuk
itu dalam hal apapun yang menyangkut perbedaan antara aliran-aliran dalam islam
kita tetap memiliki satu tujuan yaitu untuk beribadah kepada tuhan.
Penulis : Riana Herawati
(mahasiswa
Prodi Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto)