Pada tahun 1932 di kader Muhammadiyah yang merupakan generasi awal
yang pada saat itu dipimpin oleh Pak Miharja menginisiasi Panti Asuhan tidak hanya untuk menyantuni anak-anak yatim piatu atau pun dhuafa.
Berdasarkan pengamalan surah Al-Maun, maka dari itu tergugah semangat
untuk mengamalkan Al Maun itu
dengan cara mengambil anak yatim dari desa-desa maupun yang berasal dari saudaranya sendiri yang mau diasuh
diasuh oleh pihak panti. Sitem yang dipakai oleh kader-kader generasi awal merupakan sitem sistem asuhan
keluarga atau kekeluargaan.
Dikarenakan mereka tinggal
di dalam keluarga
sendiri, maka keuangan
hanya berpangku dari hasil para donatur,
selain itu mereka juga berjualan dan uang hasil penjualan digunakan untuk
menghidupi anak yatim, karena mereka
merupakan kafilul yatim. Ketika ada kekurangan, mereka nbaru megambil dari kas Muhammadiyah. Kekurangan apa pun, baik untuk makan sehari-hari, dan mereka kemudian
mempunyai sumber dana untuk pembiayaan anak itu belum berlatarbelakang, yang kemudian menjadikan mereka pada tahun 1934 akhirnya
mendirikan sebbuah panti asuhan di Jalan Perintis Kemerdekaan.
Pada saat itu, didirikannya sebuah bangunan di SMP Muhammadiyah 1
awal mulanya berdiri Panti yang pertama,
hal tersebut dikarenakan sudah berdiri sebuah
gedung. Seluruh anak asuh yang berada di asuhan
keluarga para kader generasi awal itu dikumpulkan menjadi satu di tempat
tersebut, yang pada saat ini menjadi SMP 1 Muhammadiyahtuh.
Setelah tahun 1957, panti dipindahkan ke SMA 1 Muhammadiyah yang
hanya berisi 17 anak yang berasal
dari pedesaan. Untuk yang di gedung SMP Muhammadiyah 1 itu dijadikan
sebagai tempat untuk
santri putri. Dan untuk yang di Jalan Dokter Angka, dipergunakan untuk
santri putra. Pada tahun 1966 bergabunglah
santri putra dan putri ditempat ini. Selanjutnya tahun 1990, dikarenakan Lurah
Tanjung itu kader Muhammadiyah mewakafkan tanahnya dengan tujuan agar Muhammadiyah menyebar. Selanjutnya, santri
putri dipindahkan kesana
pada tahun 1990.
Tahun 2012, Pak Arif Muqaddam itu mewakafkan tanahnya di Kalibogor
di Jalan Veteran, kemudian dikirimlah
dari Panti Putra anak-anaknya dibagi di dua tempat, tetapi kapasitas disana
hanya dapat menampung kurang
lebih 10 anak saja. Panti yang berada
di Tanjung untuk putri, dan yang di Kalibogor untuk putra.
Pada saat tahun 2012, bapak Arif wafat maka untuk kepemimpinan
dipegang oleh ibunya, dan diganti lah jadi tempat untuk santri putri. Saat
ini, panti asuhan nya ada 3 yang pertama di jalan Dokter Agka untuk putra, yang kedua di Tanjung untuk
Putri, dan yang ketiga di Kalibogor untuk putri. Untuk kapasitas Panti Muhammadiyah
Putra itu memuat 40 anak, dan
di panti putri juga sekitar
40 anak.
Secara umum, sumber
dana diperole dari para donator,
dpnatur sendiri itu ada yang berasal dari instansi pemerintah dan ada juga yang berasal dari
instansi swasta, maupun yang sifatnyaa perorangan. Untuk donator perorangan sendiri
itu terbagi menjadi
dua, yaitu donator
tetap dan donator
insidentil, doonatur insidentil sendiri bukan disebabkan oleh
suatu kecelakaan, melainkan karena bersifat
sewaktu-waktu saja. Untuk donator tetap itu setiap bulannya kita dapat
mengambil uang minimal Rp100.000,00 dan untuk selanjutnya sudah ada yang mengatur.
Untuk uuran selesai itu dapat dilihat selesai
secara fisik, sma sudah selesai
dia boleh keluar
boleh tinggal di panti
jadi program bina lanjut bukan anak asuh lagi tetapi program bina lanjut
atau bisa dia kuliah, kursus dan
magang tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak antara anak asuh dengan
pihak panti, selama ada kegiatan yang
dia lakukan dia masih bisa berada di panti. Rata rata yang selesai di disini
mereka melanjutkan kuliah.
Perbedaan pengasuhan anak terhadap
perbedaan generasi?
Anak anak yang diasuh mayoritas dari daerah kecil yang pola
pikirnya berbeda dari pola pikir daerah besar.
Semisal pihak asuh mengajak mereka ke mall tetapi belum tentu mereka senang
atau nyaman, kerena mereka lebih
terbiasa dengan lingkungan mereka sebelumnya
jadi lebih baiknya pihak panti mengajak
mereka ke tempat seperti lingkungan sebelumnya mereka tinggal. Karena perbedaan pengetahuan agama mereka yang berbeda.
Tidak hanya tentang agama tetapi tata krama yang kurang diajarkan seperti makan yang
sambal berjalan.
Biaya kebutuhan anak panti itu berasal
dari mana atau siapa yang menanggung?
Kebutuhan mereka itu tertanggung dari donatur, seperti donatur
tetap, warga sekitar dan pemerintah KIP,
dimana donatur tetap mereka
memberikan donasi disetiap bulannya untuk memenuhi beberapa fasilitas seperti sandang, pangan, papan.
Namun kebutuhan pribadi mereka berasal dari uang saku yang diberikan setiap
hari.
Lalu siapa yang berhak
menentukan mereka melanjutkan Pendidikan ke jenjang
lebih tinggi?
Pada akhirnya mereka diarahkan ke sekolah sekolah dibawah naungan
organisasi Muhammadiyah seperti SMP,
SMA/SMK bahkan kuliah. Namun setelah lulus dari SMA/SMK mereka sudah dibebaskan untuk memilih tujuan hidup
mereka ingin melanjutkan kejenjang lebih tinggi atau bekerja. Dan mereka
tidak harus masuk di organisais muhammadiyah.
Lalu kegiatan
keseharian mereka apa?
Pada pagi hari mereka diwajibkan shalat subuh, setelah shalat
subuh mereka melakukan tadarus Bersama
dengan minimal waktu 15 menit/ seperempat juz kemudian mereka melakukan piket
harian dengan tugasnya masing-masing
per-anak yang dibagi oleh senior, setelah itu mereka bersiap untuk berangkat sekolah sampai sore. Setelah pulang
sekolah mereka melakukan BTQ untuk kelas
789.
Dihari libur mereka memiliki waktu untuk melakukan hal-hal positif
seperti tapak suci terkadang mereka
meminta izin pergi ke rita mall dan terkadang mereka juga melihat acara
kentongan. Terus setiap malam setelah
shalat isya mereka ada taqlim dari uztad-uztad mereka yang mengampu. Mereka terkadang juga mengulang Kembali hafalan
mereka atau muroja’ah. Kemudian setiap malam kamis mereka memiliki kegiatan yaitu kajian hadist yang dipimpin oleh
ustadz. Mereka memiliki jam tidur yang maksimal
adalah jam 11 malam.
Apakah ada kasus seperti
mereka tidak betah di panti?
Terkadang ada anak yang meminta izin pergi ke alfamart atau tempat
lainnya namun mereka tidak Kembali
dan mereka berjalan kaki kerumah mereka, terkadang ada anak yang tidak tau
dengan arah jalan pulang mereka. Ada
kasus anak yang kabur dan tidak tau arah pulang. Jika mereka sudah sampai rumah keputusan untuk Kembali ke panti
asuhan ada di mereka. Terkadang ada anak yang tidak ingin Kembali
ke panti asuhan dan memilih
untuk tinggal dirumah.
Penulis : Dymas Rhimba Prastita,
Laila Harun Basalamah, Eliana Priscilla Hidayat, Ayu Diana Putri
Lestari, Bima Omar Andarla (mahasiswa Prodi
Manajemen Universitas Muhammadiyah Purwokerto)