Dilahirkan dari keluarga
yang bukan Muhammadiyah menjadikan saya tidak mengenal Muhammadiyah. Bahkan dalam keluarga besar, nyaris
semuanya adalah Nahdatul Ulama. Bukan hanya dari kalangan keluarga saja tetapi di lingkungan tempat
tinggal. Pandangan masyarakat tentang muhammadiyah memang sangat amat buruk. Mereka beranggapan bahwa Muhammadiyah
tidak ramah dengan budaya sekitar.
Menurut saya Muhammadiyah
dan Nahdatul Ulama itu sebenarnya sama sama menyembah Allah SWT, sama sama agama Islam, dan sama sama
mengajarkan kebaikan. Hanya saja dalam agama Islam terdapat organisasi. Menurut saya agama islam itu selalu
mempermudah umatnya. Misalnya saja dalam solat,
bila tidak bisa solat dengan berdiri maka bisa dilakukan dengan duduk atau
berbaring. Karena itu, menurut saya
islam juga memperbolehkan untuk membentuk sebuah organisasi. Organisasi ini
bisa kita katakan sebagai
“kendaraan” orang islam. Orang islam bisa memilih kendaraan sesuai dengan keinginan dan mereka
bebas memilih jalan, asal tempat yang dituju itu sama.
Saya dari kecil sudah
ikut Nahdatul Ulama, itu mungkin juga karena orang tua yang Nahdatul Ulama juga. Dan itu bisa dikatakan keturunan.
Dari saya kecil saya sudah belajar di TPA dan TPQ yang mana ustad dan ustadzahnya adalah pengurus
dari organisasi Nahdatul Ulama di desa. Di lingkungan saya tinggal untuk yang muhammadiyah itu bisa
diitung atau sangat amat minim. Bahkan setau saya tidak ada pengurusnya. Di lingkungan saya pun tidak ada satupun
sekolah Muhammadiyah. Itu juga yang menjadikan minimya
antusiasme masyarakat sekitar tentang Muhammadiyah.
Yang saya ketahui,
muhammadiyah itu tidak ada tahlilan untuk orang meninggal. Menurut pandangan orang muhammadiyah hal tersebut dianggap
sebagai bid’ah. Karena tidak ada tuntunannya dari Rasulullah. Mungkin yang tidak diperbolehkannya tahlil juga pada
upacaranya yang dikaitkan dengan tujuh
hari kematian, empat puluh hari kematian, seratus hari kematian atau seribu
hari kematian. Hal ini merupakan
pengaruh dari ajaran hindu yang sudah melekat di masyarakat. Walaupun orang muhammadiyah tidak tahlilan tapi mereka
tetap bertahlil. Karena tahlil itu bisa mendekakan dengan Allah SWT. Bahkan tahlil itu dianjurkan
sebagai salah satu dzikir. Dan menurut saya yang orang Nahdatul Ulama talilan untuk orang meninggal itu
untuk menghadiahkan pahala bacaannya untuk orang yang sudah meninggal.
Berziarah itu menurut
beberapa orang ada yang memperbolehkan dan ada yang melarang. Ziarah kubur itu termasuk amalan yang baik karena
kita mendoakan orang yang sudah meninggal. Yang menjadikan ziarah kubur dilarang yaitu karena orang
orang yang melakukan ziarah mereka meminta minta kepada orang yang sudah meninggal. Misalnya saja, mereka meminta agar
segera di pertemukan dengan jodohnya.
Sebab meminta minta kepada orang yang sudah meninggal termasuk dalam perbuatan
syirik atau menduakan Allah SWT.
Orang muhammadiyah ketika
solat subuh tidak menggunakan qunut. Mereka tidak melakukan qunut subuh karena mereka menilai hadis-hadis
tentang qunut Subuh tidak kuat dan banyak diperselisihkan. Di samping itu Muhammadiyah juga mengacu
adanya hadis yang tidak memakai qunut. Di masyarakat sekitar qunut selalu diidentikan dengan Nahdatul Ulama. Jika ada
orang yang solat subuh tetapi tidak memakai
qunut itu pasti disebut sebagai orang Muhammadiyah. Tapi menurut saya orang
Nahdatul Ulama yang tidak hapal qunut
juga mereka tidak membacanya. Tapi ada kalanya orang Muhammadiyah membaca qunut ketika solat subuh. Yaitu
ketika mereka solat berjamaah dan yang menjadi imam solat adalah orang Nahdatul Ulama. Dan mau tidak
mau orang Muhammadiyah tersebut juga membaca
qunut.
Muhammadiyah biasa
menjalankan puasa lebih awal dari Nahdatul Ulama. Katanya Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama/ Pemerintah punya metode
penglihatan hilal yang berbeda. Muhammadiyah memakai metode hisab sedangkan Pemerintah/Nahdatul Ulama memakai metode
Rukyat. Di metode hisab tidak peduli berapa
derajat hilal yang kelihatan, walaupun hilalnya cuma kelihatan sedikit, itu
udah jadi pertanda awal Ramadhan.
Tapi kalau Pemerintah/Nahdatul Ulama harus kelihatan minimal 2 derajat, kalau misal
derajat yang baru kelihatan 1,5 derajat itu belum bisa dikatakan masuk awal Ramadhan.
Semua kembali ke
kepercayaan masing masing. Ada banyak hadis yang membahas keduanya, tapi kebanyakan tokoh agama mengikuti
Pemerintah karena mempertimbangkan banyak aspek. Yang penting jangan sampai puasanya belakangan tetapi
lebarannya duluan.
Di lingkungan saya yang
kebanyakan Nahdaul Ulama mereka sering mengadakan muslimatan. Setiap sebulan sekali pasti ada muslimatan
tetapi dengan tempat yang berbeda beda. Dan antusiame masyarakat sekitar
sangat baik.
Mulai mengenal
Muhammadiyah pertama ketika ospek yaitu lagu “Sang Surya”. Dan di semester 4
ada mata kuliah Kemuhammadiyahan.
Sebenarnya awal masuk ke Universitas Muhammadiyah Purwokerto saya berpikir apa harus masuk
Muhammadiyah agar bisa kuliah di UMP. Tapi ternyata tidak. Karena di UMP juga tidak pernah dipertanyaakan kita
orang Muhammadiyah atau bukan. Biasanya orang
Muhammadiyah itu punya Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah. Kartu ini
dibuat untuk kepuasan dan kebanggan sebagai anggota Muhammadiyah.
Muhammadiyah yaitu
organisasi penggerak islam. Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yang berarti CAHAYA. Pendiri muhammadiyah yaitu
KH Ahmad Dahlan yang nama aslinya adalah Muhammad Darwis. Beliau merupakan keturunan Nabi Shallallahu Alaihi Wa
Sallam. KH Ahmad Dahlan berangkat ke tanah suci bebarengan dengan
saudara beliau KH Muhammad
Hasyim bin Asy’ari. KH Muhammad
Hasyim bin Asy’ari
merupakan pendiri Nahdatul Ulama. Setelah ngaji dengan KH Soleh Darat, kemudian berangkat haji ke tanah suci dan pulang
mengganti nama menjadi KH Ahmad Dahlan dari Muhammad Darwis.
Muhammadiyah berdiri itu
dari kota ke desa target market dakwahnya sekolah. Maka dari itu ciri khasnya yaitu Modern. Kalau Nahdatul Ulama
berdiri dari desa ke kota target marketnya pondok pesantren dan dengan ciri khasnya yang tradisional. Kalau
Nahdatul Ulama sekarang setiap pondok pesantren
ada sekolahnya.
Muktamar yaitu
permusyawaratan tertinggi di Muhammadiyah. Selain momen regenerasi, muktamar adalah momen silaturahmi dan kolaborasi
warga persyarikatan se Indonesia bahkan dunia. Sebagai amal usaha
Muhammadiyah, UMM pastinya turut menyemarakan kegiatan
ini.
Muhammadiyah maupun
Nahdatul Ulama keduanya sama sama baik. Mau ikut Muhammadiyah atau Nahdatul Ulama itu sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaan setiap individu. Islam cukup
diidentifikasikan sebagai agama. Masalah ibadah dan yang lainnya itu
menjadi urusan individu dengan Allah SWT.
Apa dengan saya berkuliah
di Universitas Muhammadiyah Purwokerto saya harus ikut Muhammadiyah? Tentu saja itu menjadi keputusan saya. Mau
ikut Muhammadiyah atau Nahdatul Ulama itu menjadi keyakinan setiap orang. Karena jujur saja, saya tidak pernah
mendaftarkan diri saya menjadi anggota Nahdatul
Ulama. Saya bisa mengatakan saya ikut Nahdatul Ulama dikarenakan orang tua dan
lingkungan sekitar. Di kehidupan
adanya perbedaan itu sudah menjadi hal yang lumrah terjadi. Perbedaan akan terasa damai dan indah apabila saling
menghargai dan menghormati. Sebagai manusia kita hanya perlu menjalankan semua perintah Allah SWT dan
menjauhi larangan larangannya.
Penulis : Desi Kuat Prichatin (mahasiswa Prodi Manajemen
Universtas Muhammadiyah Purwokerto)