Muhammadiyah merupakan suatu organisasi
keagamaan yang mana menekankan atau berpegang pada amar ma’ruf nahi munkar. Hal
tersebut dapat terlihat dari banyaknya
peran Muhammadiyah dalam bidang sosial seperti keberhasilan dalam bidang
Pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah
dalam bidang sosial tersebut dapat memiliki potensi yang besar dalam kemajuan
Bangsa Indonesia saat ini. Berbagai hal sudah dilakukan demi kemajuan bangsa
ini. Dimulai dari perjuangan Ahmad Dahlan untuk memajukan bangsa ini, salah
satunya yakni menggerakkan kaum perempuan untuk dapat memperoleh ilmu dan
menyuarakan aksi sosialnya diluar rumah mereka. Pada saat itu kaum perempuan
diajak untuk berpartisipasi dalam kemajuan bangsa dengan menyuarakan opini mereka.
Pandangan keagamaan mempengaruhi sikap dan
tindakan individu atau kelompok (organisasi). Maka mendudukkan paham keagamaan
secara tepat dan membawa kemajuan bagi individu maupun organisasi sangat
penting. Pandangan merupakan cerminan pemikiran. Proses berfikir dengan
merekonstruksi pengetahuan-pengetahuan menjadi pemahaman. Pemahaman itu
kemudian menjadi sebuah pandangan dan arah untuk bersikap, bertutur kata dan
bertindak. Terdapat empat pokok pikiran pandangan keagamaan Muhammadiyah dalam
dukumen tersebut :
Pertama, Islam adalah agama membawa misi Kebenaran Ilahi, harus didakwahkan
untuk perwujudan Rahmat lil ‘alamin di muka bumi. Pandangam keagamaam
Muhammadiyah ini meyakini bahwa Islam sebagai wahyu Allah yang dibawa para Rasul
adalah ajaran yang mengandung hidayah, penyerahan diri, rahmat, kemaslahatan,
keselamatan, kebahagiaan hidup umat manusia didunia dan diakhirat.
Kedua, misi dakwah Muhammmadiyah dijiwai atas Pesan Allah dalam surat Ali
Imran 104 dan 110. Menyebarkanluaskan ajaran
Islam yang menyeluruh dan beragam aspek melalui model dakwah yang
mengajak pada kebaikan (Islam), al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy ‘an munkar
(mengajak pada yang makruf, mencegah dari yang munkar). Dakwah ini mengandung
makna Islam transformatif, yakni dakwah yang membawa kemajuan, kebaikan,
kebenaran, keadilan dan nilai-nilai keutamaan lainnya untum kemaslahatan dan
keselamatan hidup manusia tanpa membedakan SARA.
Ketiga, Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid (pembaharuan). Sejak awal, KH
Ahmad Dahlan adalah sosok pembaharu. Pembaharuan itu ada dua yakni ke arah
pemurnian (purifikasi) dan ke arah kemajuan (dinamisasi). Dengan dua arah
pembaharuan ini, Muhammadiyah dapat melakukan pembinaan dalam memperkuat
akidah, akhlak, ibadah dan juga muamalah. Pandangan keagamaan dalam bangunan
keimanan yang kokoh didasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah, bersifat tajdid adalah
upaya membebaskan manusia dari keterbelakangan menuju kehidupan yang
berkemajuan dan berkeadaban.
Ketiga, aktualisasi ajaran Islam memiliki corak masyarakat tengahan (ummatan
wasathan) yang berkemajuan. Dalam menghadapi dinamika kehidupan masyarakat
bekerjasama dalam semangat “berjuang menghadapi sesuatu” (al-jihad li
al-muwajjahat) dari pada “berjuang melawan musuh” (al-jihad li al-muaradhah).
Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah seperti masyarakat madani,
masyarakat kewargaan (civil society) yang memiliki keyakinan yang dijiwai
nilai-nilai Ilahi, demokratis, berkeadilan, otonom, berkemajuan dan berakhlak
mulia. Inilah masyarakat yang unggul datau utama (khaira ummah).
Membaca pandangan keagamaan Muhammadiyah di
atas, tentu dapat dipahami sikap Muhammmadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sebut saja misalnya, saat kontelasi pilpres 2019 yang membelah
menjadi dua kubu, membentuk dua kutub yang berlawanan. Ada pihak-pihak yang
nyinyir, mendesak, bahkan menuntut sikap politik Muhammadiyah. Dengan desakan
dan tuntutan agar Muhamamdiyah bersikap memilih diantara dua kutub,
Muhammmadiyah memilih untuk tetap di tengah, sesuai dengan jalur dan peran
organisasi. Muhammadiyah tidak tergoda dengan politik praktis, dukung
mendukung, karena Muhammadiyah memiliki
cita-cita dalam mewujudkan masyarakat utama dan berkeadaban. Itu semua tidak
dapat diselesaikan dengan berpihak atau mengikuti satu kutub pasangan tertentu.
Begitu juga dengan isu yang lain,
Muhammadiyah lebih berperan dan bertindak memberikan solusi. Sebagaimana
misalnya terkait dengan wabah pandemi Covid-19. Muhammadiyah sejak awal pandemi
langsung membentuk Muhammadiyah Command Center Covid 19(MCCC) dan menjadikan
Rumah Sakit Muhammadiyah sebagai rujukan pasien Covid 19.
Muhammadiyah menginstruksikan kepada
seluruh Amal Usaha Muhammmadiyah di seluruh Indonesia untuk menerapkan protokol
kesehatan. Menutup masjid dan menghimbau agar warga Muhammadiyah shalat dirumah
bersama keluaraga, begitu juga saat idul fitri dan idul adha. Memberhentikan
sekolah dan memberlakukan pembelajaran jarak jauh melalui daring. Sikap
Muhammadiyah di atas merupakan bentuk dari pandangan keagamaan Muhammmadiyah.
Pandangan Keagamaan Islam yang berkemajuan termanifestasi dengan sikap yang
tepat, membawa maslahat dan keselamatan bagi bangsa dan Negara.
Ketua Pimpinan Pusat (PP)
Muhammadiyah, Saad Ibrahim menyampaikan bahwa relasi Muhammadiyah tidak terbatas hanya
dengan sesama organisasi masyarakat Islam, melainkan juga dengan organisasi
lintas iman, termasuk dengan pemerintah. Kita harus
melihat pihak lain positivistic dan optimistic. Dan ini adalah pandangan Islam
yang melihat seluruh manusia yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah, oleh
karena itu ini yang menjadi dasar dalam bahu membahu dan membangun kerja sama.”
Ungkapnya.
Lebih-lebih dengan Nahdlatul Ulama, menurut
Saad Muhammadiyah telah berelasi sangat lama dan senantiasa dinamis. Dia
mencontohkan seperti dukungan Muhammadiyah terhadap perayaan Harlah Satu Abad
NU. Namun demikian, perbedaan yang ada antara Muhammadiyah dengan NU bukan
menjadi alasan untuk memutus silaturahmi atau membuat jarak yang jauh antara
keduanya. Tetapi dari perbedaan yang ada antara Muhammadiyah dengan NU, menjadi
bagian dari untuk saling melengkapi dalam berkhidmat selama ini. Kerja sama
untuk isu-isu keagamaan yang strategis menjadi bagian untuk bergerak
Muhammadiyah maupun NU ke depan. Untuk hal-hal yang kita memiliki pandangan
yang sama, maka itu menjadi penguat antara yang satu dengan yang lain. Namun
jika ada perbedaan kita harus saling memahami,” imbuhnya. Kerja sama untuk
isu-isu keagamaan yang strategis menjadi bagian untuk bergerak Muhammadiyah
maupun NU ke depan. Untuk hal-hal yang kita memiliki pandangan yang sama, maka
itu menjadi penguat antara yang satu dengan yang lain. Namun jika ada perbedaan
kita harus saling memahami,” imbuhnya.
Penulis : Halda Nurohmah (mahasiswa Prodi
Manajemen Universitas Muhammadiyah Purwokerto)