Setelah Muhammadiyah masuk Kuningan tahun 1930. Kiyai
Toyib melebarkan dakwahnya ke Cirebon tahun 1933 secara rutin memberikan
pengajian di Gang Sekh Magelung Kebonbaru Kota Cirebon di rumah H.
Wasitaatmadja. Diantara yang hadir dalam pengajian tersebut R. Soejat, H. Hoed,
H. Soemardi. H. Yoesoef, Basuki, dan Ma'ruf.
Barulah Tahun 1937 Cirebon ditetapkan sebagai
Pengurus Cabang Muhammadiyah oleh Pengurus Besar Muhammadiyah di Yogyakarta.
Pada waktu itu Pengurus Besar di Ketuai oleh KH Mas Mansoer.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota dan
Kabupaten Cirebon pada waktu itu masih bergabung. Baru pada tahun 2005
Persyarikatan Muhammadiyah dipisah dengan masing masing mengadakan Musda
Muhammadiyah Kota dan Musda Muhammadiyah Kabupaten Cirebon tanggal 9 Maret
2006. Ketua 2005-2010 H. Kosasih Natawijaya, kemudian pada Musa ke-2 Kota
Cirebon beliau terpilih kembali 2010-2015. Dan pada Musda ke-3 2015-2020 Ketua
terpilih adalah H. Digyono.
Muhammadiyah resmi berdiri di Cirebon sebagai cabang pada tahun 1937 dengan
H. Basoeki sebagai ketuanya dibantu oleh Bazar Ma’ruf. Ketika berdiri, di
Cirebon telah berkembang Al Irsyad dan Persatuan Islam yang keduanya dianggap
sebagai organisasi yang memiliki kesamaan gerak dengan Muhammadiyah. Untuk
menunjukan gerakannya, menjelang peresmian pengurus cabang digelar khitanan
massal yang sebelumnya seluruh anak khitan itu diarak pawai. Sebagai pusat
aktivitas pengurus cabang Muhammadiyah Cirebon saat itu berlokasi di Pekarungan.
H. Basoeki menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah Cabang Cirebon dari tahun
1937 – 1942, Setelah itu, sejak tahun 1942 jabatan ketua diserah-terimakan
kepada H. Hoed yang juga memimpin selama kurang lebih 5 tahun mulai tahun 1942
– 1947. Sekalipun saat ini
lembaga pendidikan Muhammadiyah di Cirebon nampak cukup berkembang, namun
sebenarnya di awal pendirian terutama antara tahun 1947 – 1950 pernah juga
mengalami masa – masa yang sangat sulit. Apa yang menimpa pada lembaga
pendidikan juga tidak jauh berbeda nasibnya dengan yang menimpa kepada
persyarikatan.
Selama kurang lebih tiga tahun, sejak tahun 1947 – 1950 itu terutama masa –
masa mempertahankan kemerdekaan akibat munculnya keinginan Belanda untuk
berkuasa kembali di Indonesia.
Penulis : Muhammad Fajar Fadhlurrahman, Raihan Andul
Aziz
(mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Muhamadiyah Purwokerto)