Dewasa
ini, banyak kasus krusial yang terjadi di sekitar kita salah satunya kasus
kekerasan seksual. Setiap orang memiliki cara pandangnya masing-masing dalam
memberikan respon terhadap kasus ini. Ada yang melihatnya dari aturan agama ada
juga social, politik dan pemikiran kritis lainnya. Satu yang paling utama atau
disorooti oleh masyarakat ialah bagaimana dari sisi agama itu sendiri memandang
kekerasan seksual. Kekerasan seksual merupakan salah satu kasus yang masih
terjadi hingga kini, bahkan marak dan semakin banyak. Muhammdiyah adalah suatu
organisasi atau komunitas yang mana mereka melakukan tugas dan amanahnya
bertumpu pada dasar keagamaan. Zaman terus berkembang mengikuti waktu yang ada,
tentunya ada perubahan pada proses berjalannya organisasi seperti muhammadiyah.
Di
sisi lain adanya kasus kekerasan seksual tersebut turut memengaruhi, bagaimana
muhammadiyah memberikan tanggapannya terhadap masalah yang ada. Dengan level
ekstrim yang berbeda dari kasus kekerasan seksual maka beda pula tingkat
kualitas dari muhammadiyah dalam proses penanganan. Perubahan yang cukup
signifikan membuat kepercayaan masyarakat terhadap muhammadiyah bergejolak.
Banyak orang yang menuntut adanya tanggapan dari muhammadiyah terhadap
kekerasan seksual terutama di limgkup kampus.
Kampus
yang mana menjadi tempat untuk menuntut ilmu, mengakses pendidikan, mengejar
impian justru terkadang terkontaminasi oleh hal-hal berbau kekerasan seksual.
Beberapa kasus nyata yang telah terjadi di jenjang universitas lain terkait
kekerasan seksual memberikan gambaran kepada kita khususnya orang luar atau
masyarakat. Di sini peran muhammadiyah dipertanyakan, di mana letak fungsi dari
muhammadiyah itu sendiri. Muhammadiyah memang bukanlah lembaga yang berhak
mengatur dan menangani kekerasan seksual, tetapi tetap saja muhammadiyah
sebagai representasi penanganan kasus kekerasan seksual dari sisi religi atau
agama harus lebih memberikan respon dan menunjukkan kepedulian terhadap kasus
yang ada kepada masyarakat.
Hal
tersebut dilakukan supaya muhammadiyah tidak tenggelam dan hilang dari struktur
dan tatanan masyarakat. Tentu dalam perjalanannya tidak mudah dan sulit karena
muhammadiyah terus memiliki dinamika atau waktu perkembangan yang tidak
singkat. Kasus yang ada dapat menjadi factor eksternal pembentukan muhammadiyah
yang semakin runcing dan intens dalam menanggapi pertanyaan dari masyarakat. Kemudian,
kasus kekerasan seksual menjadi puncak di antara banyaknya kasus yang terjadi
yang menyadarkan banyak pihak terutama organisasi muhammadiyah untuk terus
aktif dan memberikan solusi bagi masyarakat supaya memberikan hasil maksimal
bagaimana proses muhammadiyah merespon kasus kekerasan seksual. Kembali ke poin
utama saya menuliskan opini ini ialah untuk mengkritisi dan menganalisis
kinerja dari muhammadiyah dalam memberikan kontribusinya terhadap masyarakat.
Apakah
muhammadiyah memang pantas untuk dijadikan dasar bagi masyarakat dalam memberikan
reaksi terhadap kekerasan seksual yang marak ini. Muhammadiyah menjadi
perwakilan dari aagama islam untuk menangani kasus kekerasa seksual. Di llngkup
kampus muhammadiyah memiliki posisi yang cukup penting bagi mahasiswa/i dalam
mengembangkan pikiran dan membentuk pola pikir para mahasiswa bagaimana
tanggapan yang sebaiknya mereka berikan terhadap kasus kekerasan seksual ini.
Jika
disatukan, muhammadiyah dan kasus kekerasan seksual akan sangat berkaitan dan
memiliki timbal balik yang cukup aktif. Bukan hanya kasus kekerasan seksual
melainkan kasus serupa pun juga akan memiliki timbal balik. Namun, yang
disoroti di sini ialah kasus kekerasan seksual sangat erat relevansinya dengan
keagamaan. Lalu, muhammadiyah merupakan organisasi keislaman yang mana cara
gerak mereka didasarkan pada keagamaan. Keagamaan tentu menjadi aspek penting
dalam menentukan tanggapan terhadap kasus kekerasan seksual. Kasus tersebut
dalam halnya sudah melanggar nilai-nilai agama yang mana si pelaku tidak
menjujung tinggi agamanya dan prinsipnya sebagai seorang kaum muslim. Hal ini
menjadi pokok permasalahan dalam dinamika muhammadiyah yang terus berkembang,
mengapa demikian? Karena proses tingkatan muhammadiyah akan berada di level
yang berbeda setiap zamannya. Bagaimana muhammadiyah berproses menentukan
tanggapan terhadap suatu kasus.
Hal
tersebut tidak dapat dipungkiri menjadi komponen dari struktur organisasi
muhammadiyah. Dalam melaksanakan amanah dan perannya muhammadiyah berkaca dari
pengalaman sebelumnya, di mana adanya kekurangan dan kelebihan yang mengiringi
setiap proses jalannya muhammadiyah tersebut. Selain itu mengidentifikasikan
sebuah kasus, muhammadiyah memiliki tanggung jawab yang besar namun tidak
sepenuhnya atas kasus kekerasan seksual Meskipun begitu, muhammadiyah tetap
memegang prinsip dan otoriternya sebagai kelompok keislaman. Kemudian, beralih
ke relevansi antara muhammadiyah dengan kasus kekerasan seksual. Di sini akan
dikaitkan juga dengan lingkup kampus.
Lingkup kampus yang dimaksud ialah yang mencakup para mahasiswa yang
terdidik dan memiliki pola pikir yang maju dalam menghadapi berbagai masalah
kampus. Dengan adanya muhammadiyah di kampus memang sangat dibutuhkan dan
penting sekali untuk terus dikembangkan. Keberadaan muhammadiyah ini mejadi
salah satu penopang di lingkungan kampus agar mereka teredukasi untuk
menghindari kekerasan seksual dan terutama dalam memberikan tanggapannya. Di
sini mungkin tanggapan yang diberikan berupa kritik dan saran yang berhubungan
dengan kedua hal di atas. Bagaimana respon mahasiswa terhadap suatu kasus itu
dapat dibilang sesuai dengan pemahaman masing individu. Dengan adanya
muhammadiyah dapat menjadi wadah bagi mereka yang ingin menyampaikan pendapat.
Hal tersebut membuktikan pentingnya posisi muhammadiyah di lingkup kampus.
Apalagi jika universitas tersebut berbasis kemuhammadiyahan maka orang-orang
yang ada di dalam lingkungan tersebut bertindak menyesuaikan kondisi pergerakan
muhammadiyah.
Di
samping itu, dinamika muhammadiyah mengalami naik turun alias tidak stabil dan
kondusif. Berbagai cara dilakukan agar muhammadiyah tetap bertahan dan dapat
dijadikan dasar mahasiswa dalam bertindak termasuk menanggapi kasus kekerasan
seksual. Dari yang saya amati muhammadiyah banyak mengalami pergeseran karena
factor luar atau mahasiswanya tidak begitu berlandas pada muhammadiyah. Cara
mereka merespon atau memberikan timbal balik kadang tidak sesuai dengan prinsip
muhammadiyah. Lalu bagaimana solusi yang tepat aagar muhammadiyah tetap eksis
dan bertahan dalam menanggapi kekerasan seksual?. Tentunya para pihak yang
terlibat dengan muhammadiyah harus lebih gencar melakukan pengedukasian
terhadap warga kampus agar mereka tidak terpengaruh hal negatif dari luar.
Pihak kampus mungkin dapat melakukan sosialisasi lebih massif dengan masih ada
hubungannya dengan kelompok muhammadiyah. Dapat juga dengan melakukan
kolaborasi atau elaborasi yang tepat dalam menyebarluaskan nilai-nilai
kemuhammadiyahan.
Semua
hal tersebut tentunya harus didampingi dan dipantau khususnya oleh pihak
muhammadiyah. Karena dengan adanya kolaborasi maka akan terjalin kerjasama yang
baik dan saling sinkron. Namun, di samping kolaborasi pihak kampus dan
muhammadiyah harus melakukan komunikasi terlebih dahulu agar tidak ada
kesalahpahaman. Keduanya sama penting dalam memberikan edukasi kepada
masyarakat kampus dengan cara yang baik dan tepat. Dengan begitu maka akan
terjalin hubungan baik bagi lingkungan kampus. Di sinilah poin yang perlu
diperhatikan oleh banyak orang yaitu adanya kesinambungan antara muhammadiyah
dengan universitas dalam menanggapi kasus kekerasan seksual. Mahasiswa diberi
ilmu pengetahuan yang wawasan yang luas agar lebih bijak dalam memilih
tanggapan. Begitupun muhammadiyah juga turut laksanakan apa yang seharusnya menjadi
otoritas mereka dalam menanggapi kasus kekerasan seksual. Maka dengan itu peran
muhammadiyah dan bagaimana cara mereka menanggapi sangatlah penting.
Penulis : Risma Emiliani Putri (mahasiswa Prodi Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto)