Karena mengikuti zaman yang semakin canggih dan semakin modern, maka lahirlah ornamen-ornamen Muhammadiyah. Dalam rangka memaksimalkan gerakan dari tujuan Muhammadiyah yaitu menjunjung tinggi agama Islam sehingga mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar benarnya. Ornamen tersebut bisa kita lihat melalui organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah diantaranya adalah ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Tapak Suci, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Pada organisasi otonom yang saya ikuti di Universitas yaitu IMM Komisariat Muhammad Al-Fatih.
IMM adalah organisasi Muhammadiyah yang bertujuan terbentuknya akademisi
Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. IMM senndiri berfungsi sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah. IMM Komisariat Al-Fatih
sendiri merupakan organisasi yang paling menyenangkan diantara organisasi yang
pernah saya ikuti di Universitas. Pada awal masuk pada organisasi tersebut
diwajibkan untuk melakukan pengkaderan yaitu Darul Arqom Dasar yang dimana
disana diberikan beberapa materi dasar tentang Keislaman, KeIMMan, dan
Kemuhammadiyahan. Pada materi yang menurut saya paling membekas yaitu
Kemuhammadiyah. Dasar berdirinya
Muhammadiyah tak lepas dari dua faktor yaitu faktor subjektif dan faktor
objektif.
Faktor objektif berdirinya Muhammadiyah pada masa itu yaitu melemahnya
pemahaman Islam, dalam prakteknya maupun dalam pemahaman. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia pada saat itu masih
sangat berpegang teguh pada tradisi peninggalan zaman purba, Hindu, dan Budha
serta tidak berani melakukan Ijtihad (perubahan). Faktor objektif berdirinya
Muhammadiyah pun dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor objektif bersifat internal, yakni ketidakmurnian ajaran Islam
akibat tidak dijadikan al-Quran dan al-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh
sebagian besar umat dan lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu
menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku khalifah Allah di bumi.
Faktor objektif eksternal, yaitu semakin
meningkatnya gerakan kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan
penetrasi bangsa-bang Eropa terutama bangsa Belanda ke Indonesia. Achmad
Jainuri menambahkan bahwa faktor eksternal kelahiran Muhammadiyah selain
berkaitan dengan politik Belanda terhadap kaum muslimin Indonesia, juga karena
pengaruh ide dan gerakan di Timur Tengah, dan juga kesadaran beberapa pemimpin
Islam terhadap kemajuan yang telah dicapai oleh Barat. Kemudian pada faktor
Internal bangsa Indonesia pada saat itu kondisi pendidikan di Indonesia masih
sangat memprihatinkan. Pada saat itu pengajaran masih dilakukan masih sangat
sederhana di surau-surau dan pondok pesantren tradisional yang hanya
mengajarkan tentang materi keagamaan tanpa mengajarkan materi tentang Ilmu
pengetahuan umum. Lebih parahnya lagi pada masa kolonial Belanda, Pendidikan
Indonesia menjadi sangat tertinggal dimana pemerintah kolonial Belanda sangat
gencar menerapkan strategi untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lemah,
miskin, dan bodoh. Sehingga umat Islam Indonesia menjadi terjajah dibawah pemerintah
kolonial Belanda.
Mungkin itu
sedikit tentang faktor faktor berdirinya Muhammadiyah yang saya pelajari
saat mengikuti kegiatan Darul Arqom
Dasar. Di IMM sendiri saya bisa melakukan banyak hal yang sebelumnya belum
pernah saya lakukan. Program kerja selama satu periode lah yang membuat saya
menjadi produktif ditengah tengah waktu luang saya. Beberapa kegiatan yang
pernah saya ikuti diantaranya adalah bakti sosial, bakti sosial tersebut dilaksanakan
pada bulan ramadhan tahun lalu, kegiatan tersebut merangkap beberapa runtutan
acara yaitu mengaji bersama anak anak di desa tempat pelaksanaan kegiatan
tersebut, beberapa lomba yang bertemakan keislaman, dan tentunya berbagi
sembako kepada orang yang membutuhkan. Kegiatan tersebut diikuti oleh pengurus
dan kader baru pada periode tahun lalu.
Dan insyaallah pada ramadhan tahun ini juga
akan dilaksanakan kegiatan bakti sosial kembali. Kemudian ada kegiatan sedekah
perut, pada kegiatan tersebut dari IMM itu sendiri mewakilkan beberapa
angggotanya yaitu dari bidang SPM dan rangkaian kegiatan tersebut yaitu
membagian makanan pada orang orang di tepi jalan yang sekiranya membutuhkan.
Ada juga kegiatan kunjungan panti, pada acara tersebut kami mengunjungi salah
satu panti yang cukup dekat dengan kampus, disana kami saling berbagi cerita
dan sedikit memberikan kenang kenangan pada anak anak yang berada disana. Dan
masih banyak lagi kegiatan yang saya ikuti pada saat saya mengikuti organisasi
IMM. Dalam komisariat Al-Fatih ini saya merasakan kekeluargaan yang sangat luar
biasa, yang baru saya temukan seumur hidup saya. Setiap saya bersama teman teman IMM saya
merasakan kenyamanan layaknya rumah. Dan disanalah saya belajar banyak hal dan
mengenal teman teman cukup yang banyak. Tak hanya di Komisariat Al-Fatih yang
memiliki kekeluargaan yang sangat luar biasa. Namun mendengar cerita dari teman
teman dari prodi lain yang juga mengikuti IMM, mereka juga megungkapkan hal
yang sama walaupun dari Komisariat yang berbeda.
Tak hanya itu IMM juga bisa membahas tentang
isu isu politik yang tengah terjadi di masyarakat, yang tentunya dibahas dengan
pandangan islami juga. IMM juga sering mengajarkan kita bersedekah setiap
minggunya agak dana yang kita kumpulkan bisa membantu sesama dan itu juga
termasuk dalam kegiatan sedekah perut. Bagi saya IMM tidak ada tandingannya
dibanding organisasi lain. Seperti selogannya yaitu JAYA JAYA JAYA!!!
Penulis : Consenda Syabila Anali (mahasiswa Prodi Sastra
Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto)