Muhammadiyah
adalah organisasi yang memutakhirkan ajaran Islam di saat pemaknaannya masih dangkal
dan sangat terganggu
oleh tradisi Hindu-Buddha. Ahmad Dahlan sebagai
pendiri Muhammadiyah adalah
seorang misionaris muda yang menyampaikan gagasan bersuci dalam setiap misinya.
Islam telah mengalami banyak
tantangan, bahkan dari keluarganya sendiri (novel Sang Pencerah, 2010).
Muhammadiyah adalah gerakan
Islam yang mendakwahkan amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber dari Al Qur'an
As Sunah.
Dalam
perkembangannya Muhammadiyah mempunyai
maksud dan tujuan yang dimaksudkan untuk memelihara dan memajukan akidah Islam guna mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk maksud
dan tujuan tersebut, Muhammadiyah menjalankan doktrin jihad dan pengamalan tauhid melalui segala upaya yang diwujudkan
dalam bentuk ikhtiar, program dan kegiatan amal. Perguruan Tinggi Muhammadiyah merupakan
salah satu organisasi amal yang didirikan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan dan sasaran
organisasi (AIK Kurikulum 2012).
Jumlah Dakwah Muhammadiyah semakin bertambah seiring
bertambahnya jumlah anggota dan kader, pada saat yang sama perjuangan
terus berlanjut. Oleh karena itu,
proses pembentukan, peningkatan dan peningkatan jumlah kader Muhammadiyah
menjadi sangat penting bagi organisasi. Melalui
proses pendidikan dan pembelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)
sebagai bagian dari Kurikulum Pendidikan Muhammadiyah.
Selama ini saya tinggal
di keluarga Muhammadiyah, tapi saya sendiri
tidak pernah mencoba
mendalami Muhammadiyah.
Akhirnya, saya mulai belajar tentang organisasi Islam yang signifikan di
Indonesia ini. Saya mulai memeriksa
kembali Muhammadiyah dengan cara saya sendiri, bukannya dipaksa oleh keluarga saya. Di resital yang saya
hadiri, saya terhubung kembali dengan nenek tua itu. Namun, sepertinya nenek sudah melupakan saya. Tidak masalah.
Saya lahir
dari keluarga yang menganut Muhammadiyah, tapi saya dibesarkan di wilayah
Nahdlatul Ulama. Kadang-kadang saya
mengikuti kedua kegiatan tersebut, hal ini sulit untuk dipahami baik saat SD dan akhirnya saya paham saat SMP dan
saya semakin terlibat dengan Muhammadiyah. Perjalanan pendidikan saya dari TK
Aisyah dan SD Muhammadiyah Cilopadang sampai Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Ketika saya
diundang untuk menghadiri perayaan hari besar Islam di sekolah Muhammadiyah (saat itu
saya adalah ketua dewan siswa sekolah), saya kagum dengan pembawa acara. Meski
saya menganggapnya kurang alim dan
kurang memiliki atribut ustad karena tidak memakai sorban, sarung, dan peci, saya terkagum-kagum dengan
beberapa hal: ceramahnya dihadiri oleh para hadirin dengan cara yang khas. Persepsi saya jamaah dan
ustad sangat dekat, hal ini berbeda dengan tradisi saya dimana ketika seorang ustad datang semua berusaha untuk
merangkul. Belakangan selama kuliah, saya
mengamati bahwa kuliah itu sendiri berbeda; hanya ada sedikit argumen, tetapi
itu aktual dan tampak cerdas. Selain itu, dia masih muda dan memiliki
penampilan yang diinginkan.
Kekaguman
kedua adalah saat saya diundangkan gangguan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Mummadiyah. Awalnya saya kurang
nyaman dengan acara ini karena saat pembukaan
ternyata pakai nyayian: rasanya seperti di gereja saja. kalau biasanya
ada acara macam itu saya bukannya
nyanyi, tapi baca shalawat. Tapi di akhir acara saya sungguh kagum. Pada saat penggalangan dana, masing-masing ikut
lelang dengan memberikan infak. Tidak sedikit
jumlahnya. Tapi rata-rata
jutaan. Bahkan ustadz penceramahnya juga ngasih jutaaan.
Padahal saya waktu membangun pesantren
pusingnya minta ampun. Keliling dari rumah ke rumah.
Saya berpikir: orang Muhammadiyah itu kaya-kaya dan
dermawan. Di mata saya orang Muhammadiyah adalah cerminan
umat Islam yang elit dan modern.
Muhammadiyah hanyalah
sebuah organisasi, bukan ajaran ataupun
bahkan agama baru di Indonesia. Muhammadiyah merupakan salah
satu organisasi yang terbesar di Indonesia yang bergerak dalam dakwah amar ma'ruf nahi munkar, yaitu sebuah organisasi
atau gerakan yang mengajak untuk melakukan
kebaikan dan mencegah perbuatan yang munkar. Organisas iMuhammadiyah merupakan organisasi yang berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadist-hadist yang shohih.
Selain itu,dalam menjalankan ibadah sehari-hari,
Muhammadiyah telah memiliki rujukan untuk menjalani aktifitas ibadahnya.
Cakrawala
pengetahuanku pun telah terbuka lebar hanya dari bacaan shalat. Saya telah
mengantongi ilmu baru di liburan
kali ini dan aku tidak akan menyia-nyiakannya. Allah telah menunjukkan, kini aku yang harus menjaga
dan mengamalkan sedikit
demi sedikit ilmu yang ku dapatkan dari buku Muhammadiyah itu. Kini aku mulai mengenal kata muhammadiyah di kelas 5 SD walaupun
aku masih belum mengerti betul apa itu Muhammadiyah.Tak ingin menyia-nyiakan ilmu shalat yang telah kudapatkan saat liburan. Memangaku
menjadi berbeda, tapi itu bukan masalah penyimpanan. Gerakan shalatku juga kurasa menjadi lebih baik,
lebih tuma'ninah seperti yang telah diajarkan oleh rasulullah, hingga teman-temanku juga merasa aneh
dengan perubahan shalatku. Akutak lagi memimpin shalat dengan bacaan-bacaan shalatku
yang dulu, semua telah kuganti
dengan bacaan yang baruku pelajari. Sampai suatu saat ketika aku
ditunjuk menjadi imam shalat Ashar , tak terseperti aku telah menulisgal oleh makmum dengan shalat
sendiri-sendiri. Hanya satu temanku saja yangmasih menjadi makmumku.
Desa saya
merupakkan masyarakatnya mayoritas anggota “muhammadiyah” toleran dan abangan
bisa dikatakan, karena kebanyakan
masyarakat di daerah saya selalu mengikuti keputusan muhammadiyah dalam penentuan awal Puasa, Idul Fitri,
maupun Idul Adha, akan tetapi yang menjadi problema masyarakat daerah saya adalah salah satu unsur budaya
“Tahlilan/Yasinan”, inilah yang masih sering
dilakukan oleh masyarakat saya khususnya dan mungkin didaerah lain juga
masih melakukan tradisi tersebut,
padahal keputusan tarjih
dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah tidak menganjurkan hal tersebut akan tetapi kebanyakan warganya
masih memperingati kegiatan
tersebut, itulah sebenarnya tugas utama petinggi
muhammadiyah untuk lebih tegas, transparan dan terjun ke masyarakat yang mayoritas muhammadiyah dalam syi’ar dakwahnya sampai pelosok desa, bukan
hanya di lembaga pendidikan formal
saja. Tahlilan/Yasinan merupakan sebuah tradisi budaya yang sudah sejak lama
dibawa oleh nenek moyang Indonesia
yang notabennya adalah ajaran hindu yang mempunyai unsur “mistik dan kesyirikanya” karena dalam peringatan
kematian
Desa saya
merupakkan masyarakatnya mayoritas anggota “muhammadiyah” toleran dan abangan
bisa dikatakan, karena kebanyakan
masyarakat di daerah saya selalu mengikuti keputusan muhammadiyah dalam penentuan awal Puasa, Idul Fitri,
maupun Idul Adha, akan tetapi yang menjadi problema masyarakat daerah saya adalah salah satu unsur budaya
“Tahlilan/Yasinan”, inilah yang masih sering
dilakukan oleh masyarakat saya khususnya dan mungkin didaerah lain juga
masih melakukan tradisi tersebut,
padahal keputusan tarjih
dari Pimpinan Pusat
Muhammadiyah tidak menganjurkan hal tersebut akan tetapi kebanyakan warganya
masih memperingati kegiatan
tersebut, itulah sebenarnya tugas utama petinggi
muhammadiyah untuk lebih tegas, transparan dan terjun ke masyarakat yang mayoritas muhammadiyah dalam syi’ar dakwahnya sampai pelosok desa, bukan
hanya di lembaga pendidikan formal
saja. Tahlilan/Yasinan merupakan sebuah tradisi budaya yang sudah sejak lama
dibawa oleh nenek moyang Indonesia
yang notabennya adalah ajaran hindu yang mempunyai unsur “mistik dan kesyirikanya” karena dalam peringatan
kematian.
Penulis : Laila Harun
Basalamah (mahasiswa Prodi Manajemen Universtas Muhammadiyah Purwokerto)