Seperti yang
telah diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim terbanyak bahkan menurut
laporan The Royal Islamic Studies Centre atau MABDA yang berjudul The Muslim 500 edisi 2022 terdapat 231 juta penduduk
yang telah memeluk
agama Islam dan seiring berjalannya waktu angka
tersebut akan bertambah. Dalam kehidupan seorang Islam di Indonesia ini terdapat beberapa gerakan
atau organisasi masyarakat yang telah bergerak dalam bidang keagamaan yang khususnya dalam dakwah.
Dari beberapa gerakan keagamaan tersebut, sebagai orang Indonesia pastinya jelas mengetahui dua diantaranya yaitu
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah karena keduanya
dikenal sebagai organisasi Islam terbesar yang ada di Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah telah hidup berdampingan
satu sama lain dengan kurun waktu yang sangat lama, dan masing-masing memiliki
sebuah perbedaan.
Sebelum kita
masuk pada pembahasan tentang beberapa perbedaan yang terdapat pada Nahdlatul
Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebaiknya
kita mengenal terlebih
dahulu siapa dan kapan kedua organisasi Islam ini didirikan. Yang
pertama yaitu Nahdlatul Ulama atau yang biasa kita sebut dengan NU, salah satu organisasi Islam ini didirikan pada
tanggal 31 Januari 1926 yang bertepatan dengan
hari ke-16 tahun 1334 dalam kalendar Islam. NU sendiri didirikan oleh K.H.
Hasyim Arsy’ari di Surabaya, beliau
tidak mendirikan NU seorang diri melainkan bersama
dengan beberapa tokoh
ulama lainnya.
Sedangkan
Muhammadiyah sama halnya dengan NU yang merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam agama Islam ini didirikan
oleh seseorang yang sudah amat dikenal oleh para masyarakat yaitu K.H. Ahmad Dahlan beliau juga
merupakan Ulama Besar dengan gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912
atau 8 Dzulhijjah 1330 H dalam kalendar
Islam, dan Muhammadiyah memiliki tujuan yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam agar dapat mendirikan masyarakat Islam yang sebenarnya. Seperti
yang telah disebutkan organisasi ini
bergerak dalam keagamaan yang khususnya dalam dakwah karena dalam mencapai
tujuan tersebut lebih banyak
melakukan dakwah.
Dengan membuat
opini ini ada beberapa hal seperti budaya atau kegiatan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang memang
memiliki sebuah perbedaan dan yang saya ketahui sebagai seorang NU setelah memang benar-benar masuk ke lingkungan Muhammadiyah. Yang pertama
mungkin sudah banyak dari kalian yang tahu tentang hal ini bahwa jika
seorang Muhammadiyah melakukan ibadah
shalat dalam doa iftitah mereka menggunakan “Allahuma Baid” berbeda dengan NU yang
menggunakan “Allahu Akbar Kabiraa”. Dan setelah masuk ke dalam kampus Muhammadiyah pada awal semester
saya mendapatkan tugas untuk membuat sebuah video shalat dengan bacaan shalat Muhammadiyah dan jujur saja sebagai seseorang
yang memang sudah sedari kecil berada di lingkungan NU saya tidak terlalu mengerti
tentang bacaan shalat Muhammadiyah yang pada akhirnya
itu membuat saya untuk mempelajari dan menghafalkan
bagaimana bacaan shalat Muhammadiyah yang benar, sebetulnya tidak masalah
karena itu juga bisa menambah
wawasan baru untuk saya sendiri.
Dalam
Muhammadiyah setiap shalat subuh tidak menggunakan doa qunut karena menurut mereka hadist-hadist yang mendukung bila
melaksanakan ibadah shalat subuh harus memakai doa qunut masih terbilang hadist lemah. Lalu yang kelihatan juga,
biasanya setelah shalat orang-orang Nahdlatul Ulama
(NU) melakukan dzikir
secara bersamaan seperti
doa-doa bersama dengan
suara keras tetapi
untuk Muhammadiyah dari yang saya perhatikan banyak
orang yang setelah
shalat berdoa tetapi
berdoa masing-masing disalah
hatinya masing-masing tidak jahr suaranya
atau tidak secara
lantang.
Hal selanjutnya
yang berbeda antara keduanya yaitu setelah seseorang meninggal biasanya bila kerabat
atau orang tersebut
NU maka akan melakukan yang namanya tahlilan
atau kirim doa misal setiap
7 hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya, tetapi berbeda dengan
Muhammadiyah yang memang tidak melaksanakan
hal tersebut karena Bid’ah. Contohnya memang ada orang terdekat saya yang Muhammadiyah dan saat itu dia diajak
untuk menghadiri sebuah
tahlilan, dan karena
di Muhammadiyah tidak ada hal atau tidak dilaksanakan
tahlilan tetapi orang ini tetap menghadiri pada hari pertama untuk menghargai. Karena pada dasarnya bila
ingin mengirimkan suatu doa untuk orang yang telah meninggal itu tidak usah menunggu setiap 7 hari
sampai 1 tahun tetapi kita perlu mengirimkan doa tersebut setiap harinya dan mungkin untuk segi ekonomi
setiap keluarga yang ditinggalkan tidak semuanya memiliki ekonomi
yang cukup untuk
memberikan sebuah bingkisan untuk orang-orang yang sudah hadir.
Pada umumnya NU
cenderung menggunakan tata cara ibadahnya dengan Madzhab Syafi'i, nah kalau Muhammadiyah memang sudah sedari
dahulu telah berpatok pada Al-Qur'an dan Hadits, maka dari itu Muhammadiyah seperti memang benar-benar organisasi Islam yang mengarah ke masa modern.
Mengenai masalah
tatacara ibadah itu, misalkan organisasi NU benar-benar menurut
ke ulama-ulama terdahulu karena dianggap beberapa hal masih melekat
dengan tradisi-tradisi yang ada di Indonesia, sedangkan Muhammadiyah mungkin lebih kepada tafsiran-tafsiran Al-Qur'an dan Hadits
Nabi, maka dari itu Muhammadiyah memang terkenal juga sangat maju dibidang pendidikan.
Contoh perbedaan
yang satu ini pastinya sudah lama dan setiap tahun terjadi yaitu saat bulan Ramadhan dimana pada biasanya orang-orang
dengan aliran Muhammadiyah akan lebih dulu melaksanakan
puasa karena yang saya ketahui Muhammadiyah menghitung hari menggunakan metode hisab (perhitungan) atau perhitungan
astronomis. Sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) menghitung hari menggunakan metode rukyat (mengamati hilal
secara langsung), maka dari itu pada setiap bulan Ramadhan tiba pasti ada beberapa orang yang memang mengikuti
aliran Muhammadiyah untuk memulai puasa terlebih dahulu
atau mengikuti NU. Pada saat shalat tarawih
pun antara Muhammadiyah dan NU memiliki sebuah perbedaan dalam jumlah pelaksanaan
rakaat, untuk Muhammadiyah biasanya hanya
11 rakaat yang terdiri dari 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir sedangkan untuk NU
melaksanakan shalat tarawih dengan
jumlah 23 rakaat, dan dari pengalaman sendiri setiap bulan Ramadan dan melaksanakan shalat tarawih biasanya
saya memilih masjid
yang melaksanakan shalat
11 rakaat.
Dan sepertinya untuk Ramadhan tahun ini akan sedkit membuat
saya berpikir apakah
jika bulan Ramadan sudah tiba dan sudah ditetapkan harinya
harus kah saya mengikuti Muhammadiyah atau Nahdlatul
Ulama (NU), haruskah saya memulai lebih dahulu dengan mengikuti aliran
Muhammadiyah atau tetap seperti tahun-tahun sebelumnya mengikuti NU.
Penulis : Zerlinda Zsazsa
Zabrina (mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah Purwokerto)