Sebelum membahas mengenai definisi
pembelajaran Kemuhammadiyahan, terlebih dahulu akan dibahas mengenai definisi
dari Muhammadiyah itu sendiri. Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab
“Muhammad”, yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, kemudian mendapat
tambahan “yah” nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Sedangkan secara istilah
Muhammadiyah adalah sebuah gerakan Islam berupa dakwah Amar Makruf Nahi Munkar.
Mengacu kepada definisi Muhammadiyah secara bahasa dan istilah dapat ditarik
kesimpulan bahwa Muhammadiyah berarti “umat Muhammad SAW” atau “pengikut
Muhammad SAW”, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir yang akan menegakkan
dakwah amar makruf nahi mungkar. Dengan demikian siapapun yang mengaku beragama
Islam sesungguhnya orang Muhammadiyah tanpa harus dilihat dan dibatasi oleh
adanya perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis, dan
sebagainya.
Pembelajaran Kemuhammadiyah
mempunyai dua makna, yaitu makna secara bahasa dan makna secara istilah. Secara
bahasa, pem belajaran Kemuhammadiyahan adalah pelajaran tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan pengikut Nabi Muhammad SAW. Sedangkan menurut istilah
pembelajaran Kemuhammadiyahan didefinisikan dengan ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan persyarikatan Muhammadiyah.Tujuan Pembelajaran
Kemuhammadiyahan:
- Muhammadiyah membutuhkan penerus MKCHM.
- Muhammadiyah perlu dikenal oleh Angkatan Muda.
Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)
adalah mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa yang belajar di
perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (PTMA). Dengan mempelajari AIK
mahasiswa diharapkan akan memiliki kompetensi yang tidak hanya dalam bidang
ilmu dan teknologi tetapi juga berkarakter Islami. Untuk mencapai tujuan ini
tentu saja diperlukan suatu rancangan program pembelajaran yang memadai.
Dalam praktek pembelajaran AIK
ditemukan sejumlah kelemahan dan kendala yang menghambat pencapaian tujuan
tersebut. Berdasarkan pengamatan di beberapa PTMA dapat dikemukakan temuan
sebagai berikut. Dilihat dari Kurikulum dan sillabus diketahui bahwa : (a) kurikulum belum dirancang secara memadai
dengan mengikuti prinsip rancangan pembelajaran yang sistematis sehingga tidak
tampak keterkaitannya dengan visi misi institusi. (b) pembelajaran terbatas
pada kawasan pengetahuan (knowledge), hampir tidak ditemukan pembelajaran di
kawasan sikap (afectif) dan Perilaku (psikomotoric). (c) materi pembelajaran
sering diulang-ulang. (d) tidak tampak relevansi antara tujuan, metode, materi
ajar, dan evaluasi.
Dilihat dari kualifiksai dan
kompetensi dosen pengampu diketahui : (a)
tidak direncanakan sesuai kebutuhan pembelajaran dan tuntutan perkembangan
zaman. (b) belum ditemukan sertifikasi dosen pengampu AIK. (c) belum semua
program studi memiliki dosen tetap AIK. (d) dalam proses pembelajaran belum
optimal memanfaatkan multi media.
Memperhatikan realitas
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, 10 PTM merancang model baru
pembelajaran Kemuhammadiyahan dan bahan pembelajarannya. Dalam rancangan yang
baru tersebut materi pembelajaran mencakup tiga domain pembelajaran Kemuhammadiyahan
yaitu domain pengetahuan, sikap, dan perilaku yang tertuang dalam 11 pokok
bahasan Kemuhammadiyahann, yaitu : (1) Pembelajaran Kemuhammadiyahan:
Memampukan umat dengan kedermawanan, (2) Tauhid Al-Ma’un dalam kehidupan
bermasyarakat, (3) Ajakan yang mencerahkan dan pembangunan keluarga, (4) Cara
cara jangka panjang menemukan keluarga yang hidup dengan kemiskinan, (5)
Panduan menyusun usulan dakwah dengan sasaran kelompok duafa, (6) Penghimpunan
dana bagi pemberdayaan keluarga miskin, (7) Penyerahan dana pemberdayaan untuk
keluarga duafa, (8) Islam berkemajuan menuju Indonesia berkemajuan, (9)
Ideologi Muhammadiyah, (10) Tiga pilar dakwah Muhammadiyah; pendidikan,
kesehatan dan ekonomi, dan (11) Peran strategis dan Tantangan Muhammadiyah (Tim
Dosen Penulis AIK, 2018).
Pembelajaran Al Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (PTMA)
memiliki posisi strategis, menjadi ruh penggerak dan misi utama penyelenggaraan
PTMA (Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, 2013: 10). AIK di PTMA memandang
Islam sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus, modal sosial, jalan menuju
Tuhan dan jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Lebih lanjut dikemukakan oleh
Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah bahwa tujuan pembelajaran AIK adalah untuk
membentuk insan berkarakter dan insan terpelajar yang diharapkan memiliki
integritas dan kesadaran etis.
Penulis : Fadil Caesario Erlangga (mahasiswa Prodi Manajemen
Universtas Muhammadiyah Purwokerto)