Masalah Muhammadiyah di lingkungan saya tidak ada masalah apa yg sangat menonjol hanya ada perbedaan sedikit saja dalam hal tentang qunut shubuh yang masih di perdebatkan. Ini terjadi karena masyarakat di lingkungan saya kebanyakan mengikuti ajaran dari NU (Nahdlatul Ulama). Jadi ajaran dari Kemuhammadiyahan masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitar. Masalah ini pernah beberapa kali disinggung dalam ceramah mingguan pada hari jumat kepada masyarakat terutama kepada ibu pengajian. Sang penceramah mengajak kepada masyarakat untuk tidak memutuskan mana yang benar dan salah tentang NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah. Karena pada dasarnya semuanya berasal dari agama islam yang hanya ada 1. Hanya saja NU (Nahdlatul Ulama) lebih mengarah pada toleransi adat dan istiadat dan Muhammadiyah mengarah kepada pendidikan islamnya. Seperti yang di ketahui doa qunut sering dipakai orang yang mengikuti ajaran NU (Nahdlatul Ulama), terutama wilayah Jawa Barat. Doa qunut sendiri berbunyi seperti berikut:
Allahummah dinii fii man hadairs, wa 'aafiinii fii man 'aafaits, wa
tawallanii fii man tawallaits, wa baarik lii fii maa a'thaits, wa qi nii syarra
maa qadlaits, fa innaka taqdli wa laa yuqdlaa 'alaik, wa innahuu laa yadzillu
mau waalaits, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaits
Artinya: "Ya
Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk,
berilah kesejahteraan kepadaku di antara orang-orang yang Engkau beri
kesejahteraan, tolonglah aku di antara orang-orang yang kau beri pertolongan,
berikanlah keberkahan kepadaku pada apa-apa yang Engkau berikan kepadaku, dan
peliharalah aku dari keburukan yang Engkau putuskan, karena sesungguhnya Engkau
memutuskan dan tidak diputuskan atas-Mu, dan tiada kehinaan kepada orang yang
telah Engkau tolong, Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami, lagi Maha Tinggi."
Dan di
Muhammadiyah sendiri tidak menggunakan qunut saat sholat shubuh. Ini benar
benar asli karena saya sendiri yang mengalaminya. Saya yang kecil dan tumbuh
besar di lingkungan masyarakat yang mengikuti ajaran NU (Nahdlatul Ulama) awalnya
merasa aneh dan terheran-heran karena tidak ada qunut saat solat shubuh. Namun
sekarang sudah terbiasa. Sebelumnya, saya pernah bertanya kepada ustadz ”Stadz,
kenapa orang Muhammadiyah tidak membaca qunut saat sholat shubuh?” kemudian
beliau menjawab. ”karena qunut shubuh dinilai kurang dan banyak diperselisihkan
oleh para ulama. Juga terdapat hadis yang menguatkan tidak adanya qunut pada shubuh.”
Kemudian saya bertanya kembali pada ustadz ”Terus, kenapa NU malah membaca
qunut?” ustadz pun menjawab ” Karena ada hadist Nabi yang berisi “Rasulullah
SAW kalau hendak mendoakan untuk kebaikan seseorang atau doa atas kejahatan
seseorang, maka beliau doa qunut setelah ruku‟ (HR. Bukhori dan Ahmad).”
Oleh karena itu
qunut bersifat sunnah, maka akan lebih bagus jika melaksanakannya. Qunut sendiri
adalah doa yang diucapkan sambil berdiri tegak dalam ibadah Islam. Terlepas
dari itu, mari kita beribadah. Terutama sholat shubuh yang sulit bagi sebagian
umat muslim. Jangan terpaku pada ajaranan Muhammadiyah atau NU (Nahdlatul Ulama).
Karena tujuan utamanya adalah untuk beribadah, bukan mencari jawaban tentang
ajaranan mana yang salah dan benar. Seperti yang sudah saya bahas qunut
itu bersifat sunnah. Jadi, marilah kita umat muslim bersatu dan beribadah
dengan semestinya. Saya sendiri juga kadang membaca qunut jika berada di
lingkungan rumah dan tidak membaca qunut saat berada di lingkungan kosan yang
mana lingkungannya adalah Kemuhammadiyahan
Kemudian ada
tahlilan kematian seperti tahlilan hari ke-1 sampai 7, ke-15, ke-40, dan sampai
ke-100 harinya. Tahlilalan ini biasanya acara untuk memperingati dan mendoakan orang
yang telah meninggal. Pada saat tahlilan ini, keluarga besar almarhum dan semua
warga setempat (RT) diundang untuk mendoakan almarhum almarhumah. Keluarga
besar dan tetangga saling bantu membantu memasak dan menyediakan makanan untuk
para tamu undangan. Pada minggu pertama pasti sibuk. Karena tahlilan dari hari
pertama sampai ketujuh dilaksanankan berturut turut. Untuk waktu tahlilannya
sendiri biasanya dilaksanakan setelah sholat maghrib dan sebelum sholat isya.
Namun ada juga yang dilaksanakan setelah sholat ashar. Susunan tahlilan adalah
sebagai berikut:
1. Pengantar Al-Fatihah.
2. Surat Al-Fatihah.
3. Membaca Surat Yasin.
4. Surat Al-Ikhlas 3x.
5. Tahlil dan Takbir.
6. Surat Al-Falaq.
7. Tahlil dan Takbir.
8. Surat An-Nas.
9. Tahlil dan Takbir.
10. Awal Surat Al-Baqarah
11. Surat Al-Baqarah ayat 163.
12. Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah ayat 255)
13. Istighfar 3x.
14. Hadist Keutamaan Tahlil
15. Tahlil 33x.
16. Dua Kalimat Syahadat.
17. Shalawat Nabi.
18. Tasbih.
19. Shalawat Nabi
20. Surat Al-Ahzab ayat 56.
21. Surat Al-Fatihah.
Di
Muhammadiyah sendiri tahlilan ini tidak ada. Karena menganggap bahwa tahlilan
itu tidak ada pada zaman Nabi Muhammad
SAW sehingga dianggap haram untuk dilaksanakan. Selama saya ada di lingkungan
Muhammadiyah, saya tidak pernah melihat ada yang mengadakan tahlilan. Karena
penasaran, saya bertanya pada warga sekitar dan pemilik kos, dan mereka
menjawab dengan kata ”Tidak ada”. Akan tetapi itu sudah tidak dipermasalahkan
lagi sekarang dan berjalan sesuai dengan keyakinan masing. Dan karna sudah
terbiasa, tidak jadi permasalahan bagi keduanya. Baik qunut maupun tahlilan.
Penulis : Andhika Reyfadillah
Septiana (mahasiswa Prodi
Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto)