Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi islam di Indonesia,
singkatnya nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad saw yang bisa berarti pengikut
nabi Muhammad saw. Pandangan keagamaan
mempengaruhi sikap dan tindakan individu
atau kelompok (organisasi). Maka mendudukkan paham keagamaan secara tepat dan membawa
kemajuan bagi individu maupun organisasi
sangat penting. Pandangan merupakan cerminan pemikiran. Proses berfikir dengan merekonstruksi pengetahuan-pengetahuan menjadi pemahaman.
Pemahaman itu kemudian
menjadi sebuah pandangan dan arah untuk bersikap, bertutur
kata dan bertindak.
Muhammadiyah dalam usia satu abad telah
merumuskan “Pernyataan Pemikiran Muhammadiyah
Jelang Satu Abad” menegaskan kembali kepada warga persyarikatan
Muhammadiyah. Terdapat empat pokok
pikiran pandangan keagamaan Muhammadiyah , pertama islam adalah agama membawa misi kebenaran Ilahi, harus
didakwahkan untuk perwujudan Rahmat lil ‘alamin di muka bumi. Kedua, misi dakwah muhammadiyah di jiwai atas pesan
allah dalam surat Ali Imran 104 dan 110, menyebar
luaskan ajaran islam
yang menyeluruh dan beragam aspek
melalui model dakwah
yang mengajak pada kebaikan. Ketiga,
muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid (pembaharuan). Sejak Awal, KH Ahmad Dahlan adalah sosok pembaharu, pembaharuan itu
ada dua yaitu ke arah pemurnian
(purifikasi) dan ke arah kemajuan (dinamisasi). Keempat, aktualisasi ajaran
islam memiliki corak masyarakat tengahan (ummatan wasathan)
yang berkemajuan.
Saya mengenal Muhammadiyah sejak SD kelas 3 dan mungkin
mengerti bahwa muhammadiyah dan NU
adalah berbeda, singkat ceritanya kelas 3 SD pelajaran agama saya menghafal doa
sholat iftitah, saya di ajarkan
sesuai buku dari sekolah dan saat menghafal doa iftitah sesuai buku saya tidak
cepat menghafalnya dan sejak itu
mamah saya menyuruh saya untuk menghafal doa iftitah muhammadiyah dan saya cepat untuk menghafalnya. Saat di sekolah
saya sempat menangis karna teman
teman saya semua menghafal doa iftitah NU yang sesuai di buku dan hanya saya
yang menghafal doa iftitah
muhammadiyah. Untungnya guru saya memaklumi dan memahami kalau saya menghafalnya berbeda dengan yang lain
karna katanya tidak ada perbedaan yang penting tujuannya untuk sholat dan berdoa kepada allah. Sejak saat itu saya
mempelajari sholat panduan muhammadiyah,
dan menurut saya doa doa nya sangat sedikit dan mudah di hafalkan dan sejak
saat itu saya tau bahwa keluarga saya selama ini juga mengikuti muhammadiyah.
Lalu saat masuk SMP karna saya tidak terima di sekolah negeri
akhirnya saya sekolah di SMP Muhammadiyah
1 Purwokerto. Walaupun saya sudah mempelajari bacaan sholat muhammadiyah tetapi saya masih di ruang lingkup dan
tidak ada hubungan atau bahasan tentang Muhammadiyah atau sekolah yang bukan sekolah islam, sehingga saat saya
memasuki sekolah islam yaitu SMP Muhammadiyah itu sangat membuat
saya kaget, dari pelajaran yang mempelajari agama
yang memencar seperti Kemuhammadiyahan, Aqidah, Akhlak, Ibadah dan
lain sebagainya, Hisbul Wathan (HW)
bukan Pramuka, lalu Tapak Suci yang hanya ada di lingkungan Muhammadiyah.
Setelah saya mulai
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah ini , saya berfikir Muhammadiyah
dan NU itu sebenarnya tidak membuat
saya masalah jika membedakan mereka karna saya juga bukan orang yang sangat sangat taat jadi saya tidak
terlalu mempedulikan perbedaan itu , yang saya fikir hanya saya berdoa kepada allah satu tujuan dan
soal saya mengikuti muhammadiyah atau NU saya akan mengikuti keluarga saya. Karna saya sempat bertanya tanya soal
ini kepada teman teman saya dan rata rata mereka mengikuti keluarganya tetapi saat anak sudah dewasa dia bisa memilih
bukan?
Bukan jadi masalah
jika berbeda dengan
keluarganya? Tetapi saya yakin masih banyak yang mempermasalahkan ini.
Lingkungan rumah saya juga bercampur muhammadiyah dan NU,
banyak perbedaan seperti tahlilan, puasa
pertama yang sering berbeda antara muhammadiyah dan NU, Idul fitri yang
terkadang juga menjadi beda hari itu
sebenarnya masih di perbingungkan untuk saya bahkan mungkin orang lain juga. Di lingkungan rumah saya paling
sering memperdebatkan tentang tahlilan, di muhammadiyah tahlilan itu tidak wajib tetapi di NU tahlilan adalah kewajiban
bahkan seperti kebiasaan.
Keluarga saya juga
sempat mempermasalahkan ini, karna saat itu keluarga saya tidak ada biaya
banyak untuk acara tahlilan selama 7
hari yang rata rata di desa kami bahkan keluarga besar kami setiap yang meninggal di adakan tahlilan selama 7 hari
jadi membuat perdebatan antara keluarga saya dan keluarga besar saya, akhirnya kami memutuskan untuk tahlilan di
hari pertama, hari ke 3, lalu hari ke 7
alhamdulillah nya tidak menjadikan masalah besar bagi kami karna ada jalan
keluarnya. Dan dari sini saya
beranggapan kok tahlilan ini seperti menjadi tradisi yang wajib di lakukan jika
tidak di lakukan menjadi
omongan dan beranggapan bahwa tidak mendoakan
yang telah berpulang. Itu salah satu masalah di lingkungan yang saya
alami, dan saya berharap bahwa ada kajian atau apapun yang bisa menjelaskan tanpa harus menjelekan
atau membandingkan Muhammadiyah dan NU.
Muhammadiyah sering kali mendapat permasalahan salah satunya
sikap politik muhammadiyah, tetapi
muhammadiyah tetap berada di tengah sesuai dengan jalur dan peran organisasi,
tidak terpengaruhi dengan
politik praktis, dukung
mendukung. Adapula saat terjadinya covid 19
,Muhammadiyah lebih berperan dan bertindak memberikan solusi
dan membantu seperti membentuk tempat
rumah sakit muhammadiyah khusus untuk rujukan pasien, menutup atau menerbataskan akses masjid memberi
himbauan untuk sholat dirumah bersama keluarga
memberhentikan sekolah dan menjadikannya darig, tidak adanya sholat idul
fitri dan idul adha, itu adalah salah
satu bentuk solusi dari muhammadiyah. Sikap muhammadiyah sebelumnya merupakan bentuk dari pandangan keagamaan
muhammadiyah pandangan keagamaan islam yang berkemajuan dengan sikap untuk keselamatan bagi bangsa dan negara. Yang
menurut saya itu adalah solusi terbaik
solusi yang suda di pikir dengan matang agar tidak bertentangan dengan
peraturan pemerintah dan menjadikan pemikiran yang membuat menjelekan
islam.
Menurut saya semua kembali ke diri masing masing yang
berfikiran tentang Muhammadiyah dan NU apakah
mereka melihat semua aktifitas atau kebaikan yang masing masing telah lakukan
atau hanya melihat organisasi itu
menjadi keburukan atau perbedaan. Untuk saya sendiri ini bukan menjadikan masalah besar selagi tidak ada
penyimpangan atau keburukan yang merugikan para pengikutnya, semua masyarakat dan negara ini.
Muhammadiyah bisa bertahan sampai sekarang karna mampu berdialektika dengan zaman, muhammadiyah sering diasosiasikan
sebagai gerakan muslim modernis maka
dengan perkembangan zaman yang sangat pesat muhammadiyah mampu mengikuti tanpa menghilangkan prinsip memajukan islam dan memurnikan ajaran
islam.
Penulis : Eliana Priscilla Hidayat (mahasiswa Prodi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Purwokerto)