Pada hari selasa tanggal 23 Mei 2023, siang
hari kami pergi mengunjungi salah satu gereja Katolik terdekat yaitu gereja
Katolik Santo Yosep Purwokerto. Sebelum bertemu dengan narasumber, kami meminta
ijin kepada Penjaga Gereja untuk mewawancarai salah satu pemuka agama Katolik
di gereja tersebut. Setelah diberikan izin, kami dipersilahkan untuk menuju
sebuah ruangan wawancara. Dalam ruangan tersebut kami kembali meminta izin
kepada Romo Elton (narasumber) untuk melakukan sesi wawancara, namun sebelum
itu kami juga memperkenalkan diri. Kemudian kita mengajukan beberapa pertanyaan
kepada Romo mengenai toleransi umat beragama di Purwokerto.
Romo Elton sebagai pemuka agama Katolik, yang
ternyata beliau baru menetap di Purwokerto sekitar 3 tahun belakangan ini. Dan
menurut beliau di Banyumas itu suasananya harmonis, tidak ada yang merasa lebih
tinggi dan tidak ada yang merasa lebih rendah, persaudaraannya juga kuat
sehingga sejak dari dulu umat beragama di Banyumas itu selalu berusaha untuk
saling berjalan bersama dalam semangat toleransi. Salah satu faktornya mungkin
saja karena FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) di Purwokerto ini termasuk
yang terkuat, dan kita mempunyai pemimpin-pemimpin agama yang dimana semua itu
memiliki semangat toleransi, dalam arti budaya Banyumas itu membentuk satu
keluarga.
Menurut Beliau beberapa tahun terakhir selama
beliau berada di Purwokerto hampir tidak pernah ada konflik beragama karena
latarbelakang budaya Banyumas itu membuat orang merasa bersaudara satu sama
lain. Walaupun ada pendatang dari luar Banyumas itu ketika sudah berada di
Banyumas ataupun Purwokerto masyarakat disini tidak merasa bahwa mereka adalah
orang asing, tetapi malah menerima mereka sebagai saudara. Termasuk banyak
mahasiswa dari luar daerah itu mereka meskipun di Purwokerto jauh dari keluarga
namun mereka tetap merasa seperti di rumah sendiri.
Semangat ini yang terus dibangun oleh
pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh agama di Banyumas. Pada kesempatan tertentu
para pemuka agama berkumpul untuk silaturahmi dan terus menjalin komunikasi.
Selama masa pandemi kemarin para tokoh agama saling mengunjungi tempat ibadah,
bukan jalan kaki melainkan dengan
bersepeda dari wilayah Pasar Wage kemudian berkeliling ke semua gereja-gereja,
masjid-masjid, pura-pura, termasuk juga ke ponpes untuk saling membangun
silaturahmi. Silaturahmi juga dibangun diantara para tokoh agama dengan saling
mengunjungi dan memberikan selamat pada saat hari raya.
Di tahap yang dibawah dibagian orang muda
misalnya itu di gereja Katolik Santo Yosep selalu menggerakan anak-anak muda
untuk terlibat ketika umat muslim atau umat beragama lain merayakan hari raya.
Bahkan umat muslim diberi kesempatan untuk melaksanakan sholat ied di sana dan
hal ini sudah berlangsung sangat lama. Pemuda di gereja atau pemuda ponpes
maupun lulusan kuliah itu mereka saling berjalan bersama membangun semangat
toleransi. Menurut Beliau hal ini sangat baik bagi mahasiswa dan pemuda untuk
saling menghargai perbedaan. “Dengan menghargai perbedaan itu sama saja dengan
saya mencintai keluarga Saya karena bagi Saya masing-masing anak Saya itu
berbeda. Saya menghargai apa yang Saudara Saya miliki dan Saudara Saya juga
menghargai apa yang Saya miliki,” Ucap Romo Elton.
Penulis : Ari Cahyani, Khoirunisa Agustina,
Dedeh Sri Mulya Asih, Muhamad Haikal AZ, Mirna Hasanah, Hafidz Firmansyah U (mahasiswa
Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)